Warga Kawasan Gunung Rinjani Lombok Butuh Bekal Mitigasi Bencana 

Ancaman longsor dan erupsi Gunung Barujari

Lombok Timur, IDN Times - Warga yang berada di kawasan Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) butuh bekal mitigasi bencana. Salah satu daerah yang paling dekat dengan Gunung Rinjani adalah Sembalun, Lombok Timur.

Wilayah Sembalun di Lombok Timur merupakan daerah yang berada di kawasan sekitar Gunung Rinjani. Sebagaimana diketahui, anak gunung Rinjani, yaitu Gunung Barujari merupakan salah satu gunung api yang masih aktif di Indonesia.

Potensi bencana gunung meletus menjadi salah satu ancaman selain banjir dan tanah longsor. Kawasan Sembalun, Lombok Timur juga merupakan daerah yang rawan gempa.

"Karena Sembalun ini kawasan rawan bencana, harapan kita bagaimana pemerintah lebih sigap melakukan program-program yang kaitannya dengan mitigasi kebencanaan," kata Tokoh Pemuda Sembalun, Royal Sembahulun dikonfirmasi IDN Times, Sabtu (10/12/2022).

1. Masyarakat butuh bekal mitigasi bencana agar tidak panik

Warga Kawasan Gunung Rinjani Lombok Butuh Bekal Mitigasi Bencana Gunung Rinjani di Lombk (IDN Times/Sunariyah)

Royal mengatakan masyarakat Sembalun butuh bekal mitigasi bencana. Sehingga ketika terjadi bencana, masyarakat tidak panik seperti apa yang terjadi saat bencana gempa bumi 2018 lalu.

Dari data geologi, kata Royal, Gunung Rinjani tidak masuk gunung yang masih aktif. Tetapi anak Gunung Rinjani, yaitu Gunung Barujari yang berada di Danau Segara Anak termasuk gunung api yang masih aktif.

"Masyarakat sendiri tidak ada persiapan khusus karena memang kalau Gunung Barujari meletus, daerah Sembalun terdampak hanya sekadar abunya saja. Yang meletus terakhir malah abu vulkaniknya ke Bali," kata Royal.

Baca Juga: Pedagang Asongan Boleh Jualan di Sirkuit Mandalika saat WSBK 2023

2. Telah dibuat petunjuk arah evakuasi saat bencana

Warga Kawasan Gunung Rinjani Lombok Butuh Bekal Mitigasi Bencana Desa Wisata Sembalun di Lombok Timur (Instagram @ridho_farit_hardja)

Saat ini, memang sudah dibuat tanda-tanda atau petunjuk ketika terjadi bencana. Berupa arah titik kumpul dan evakuasi masyarakat yang dibuat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Tetapi edukasi mitigasi bencana perlu dilakukan lebih intens supaya masyarakat semakin paham dan tidak panik menghadapi ancaman bencana.

"Kalau Gunung Barujariyang meletus, masyarakat tidak perlu mengungsi kalau terjadi letusan. Karena hanya berdampak pada debu abu vulkanik saja. Dulu ketika Gunung Barujari meletus, yang mendapatkan dampak lahar di daerah Aikmel. Kalau Sembalun hanya berdampak pada abu vulkaniknya," terang Royal.

Sebagai daerah yang berada di ring of fire atau cincin api, Royal meminta agar edukasi mitigasi bencana harus lebih intensif. Sehingga masyarakat tetap tidak panik dan memahami apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana.

"Sembalun ini kita kategorikan kawasan rawan bencana. Sehingga memang tidak perlu menunggu terjadi bencana baru kelabakan," tandasnya.

3. Ritual adat ngayu-ayu dan ngasuh gunung di kaki Rinjani untuk tolak bala

Warga Kawasan Gunung Rinjani Lombok Butuh Bekal Mitigasi Bencana Ritual adat ngayu-ayu di Desa Sembalun Lombok Timur. (dok. Dispar Lombok Timur)

Masyarakat di Kecamatan Sembalun punya tradisi untuk menjaga dan memelihara kelestarian alam di kawasan Gunung Rinjani. Di Desa Sembalun, Kecamatan Sembalun masyarakat mengadakan ritual adat ngayu-ayu setiap tiga tahun sekali. Selain itu, masyarakat di Desa Sajang, Kecamatan Sembalun juga rutin menggelar ritual adat ngasuh gunung setiap tahun.

"Bagaimana masyarakat bersyukur dan menjaga alam. Bagaimana manusia harus tetap menjaga dan ramah terhadap alam untuk mencegah bencana," tutur Royal.

Tahun ini, ritual adat ngayu-ayu digelar pada 13 - 14 Juli 2022 lalu. Ritual adat ngayu-ayu dilakukan sebagai bentuk peringatan seluruh rangkaian sejarah, penghormatan atas leluhur sekaligus komitmen memelihara kelestarian alam dan tolak bala.

Kegiatan kali ini dihadiri oleh raja-raja Nusantara dan Malaysia. Pelaksanaan ritual adat nyayu-ayu diawali dengan pengambilan air dari 13 mata air oleh pemangku adat. Kemudian dikumpulkan di Berugak Desa Sembalun Bumbung. Lalu, dilanjutkan dengan pembacaan Lontar Jatiswara oleh para Bujangga Sasak.

Kegiatan dilanjutkan keesokan harinya dengan dilakukan sesampang yaitu pemberitahuan kepada leluhur dan penguasa alam oleh pemangku adat setempat. Kemudian prosesi dilanjutkan dengan penyembelihan kerbau oleh Kiai Adat sesuai trah atau keturunan dan penanaman kepala kerbau sebagai pantek atau pasek Gumi Paer Sembalun.

Setelah itu, upacara perayaan ritual adat ngayu-ayu mapakin dimulai dengan prosesi pemberangkatan air dari Berugak Desa Sembalun menuju lapangan upacara adat. Kegiatan tersebut diikuti oleh pemuka adat dan pemuka masyarakat yang diiringi kesenian Tari Tandang Mendet.

Di lapangan upacara adat tersebut berlangsung acara Mapakin yang diawali dengan acara silaturahmi antara sesepuh adat dengan para tamu undangan diikuti seluruh masyarakat adat Sembalun. Acara ritual adat ngayu-ayu diakhiri dengan Perang Pejer atau Perang Penolak Bala dan penumpahan air dari semua mata air di Kali Pusuk sebagai simbol penyatuan bumi, air, hutan, dan alam lingkungan

Baca Juga: [WANSUS] Menggaet Milenial dan Gen Z, Generasi Kunci Pemilu 2024 

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya