Sosok Lurah Sulistiowati, Penggagas 'Rumpil Inges' di Kota Mataram

Ubah mindset masyarakat agar peduli terhadap lingkungan

Mataram, IDN Times - Memilah sampah dari rumah merupakan langkah kecil untuk menyelamatkan bumi. Namun, mengubah mindset masyarakat agar memilah sampah dari rumah tidak mudah.

Di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), ada sosok lurah perempuan yang menggagas program Rumah Pilah Sampah Informasi Dalam Genggaman Masyarakat (Rumpil Inges) Sri Sulistiowati.

Sulistiowati menggagas program Rumpil Inges dalam upaya mengurangi timbulan sampah dari kelurahan sejak menjadi Lurah Mataram Barat Kota Mataram pada 2021.

"Awal mulanya, saya ditugaskan menjadi Lurah di Mataram Barat. Melihat kultur dan budaya masyarakat di sana, mayoritas 80 persen Hindu. Di situ tergerak hati saya, masyarakat mendukung program Rumpil Inges yang saya buat," tutur Sulistiowati saat berbincang dengan IDN Times, Jumat (19/4/2024).

1. Masyarakat diajarkan mengolah sampah

Sosok Lurah Sulistiowati, Penggagas 'Rumpil Inges' di Kota MataramLurah Dasan Cermen Kota Mataram Sri Sulistiowati. (dok. Istimewa)

Sulistiowati merasa cukup terbantu dengan adanya dukungan masyarakat Kelurahan Mataram Barat. Bahkan ada yang bersedia agar lahannya sebagai tempat pengolahan sampah di kelurahan. Setelah memilah sampah dari rumah, masyarakat dibagikan tong komposter.

Tong komposter digunakan untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk. Sedangkan untuk sampah plastik, masyarakat diajarkan untuk mengolahnya menjadi produk kerajinan tangan.

"Akhirnya tercapai apa yang kami harapkan. Masyarakat bisa memilah sampah dari organik menjadi pupuk Takakura. Sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang kita jadikan pot, tas dan lainnya seperti bungkus permen, mi instan," terangnya.

Pengolahan sampah organik menjadi pupuk Takakura juga diintegrasikan dengan pengembangan tanaman hidroponik di Kelurahan Mataram Barat. Setahun menjadi Lurah Mataram Barat, Sulistiowati kemudian dipindahkan menjadi Lurah Mataram Timur.

"Saya buat lagi program Rumpil Inges. Di sana namanya Kabar Rumpil Inges. Ada juga masyarakat yang memberikan lahannya untuk Rumpil Inges," terangnya.

Baca Juga: 115.597 Penumpang Padati Bandara Lombok saat Mudik dan Balik Lebaran

2. Turun datangi masyarakat dari RT ke RT

Sosok Lurah Sulistiowati, Penggagas 'Rumpil Inges' di Kota MataramPengolahan sampah menjadi pupuk. (dok. Istimewa)

Gerakan memilah sampah dari rumah telah digagas di Kelurahan Mataram Barat dan Mataram Timur. Setelah sukses menggerakkan masyarakat memilah sampah di dua kelurahan tersebut, kini Sulistiowati ditugaskan menjadi Lurah Dasan Cermen Kecamatan Sandubaya Kota Mataram.

Membuat masyarakat sadar memilah sampah dari rumah, kata Sulistiowati bukan hal yang mudah. Karena selama ini persoalan sampah dengan sistem angkut buang. Salah satu upaya yang dilakukan mengubah mindset masyarakat mendatangi masyarakat dari RT ke RT.

"Saya gedor, mana warga yang belum, saya tanya kendalanya seperti apa. Banyak metode yang saya pakai. Yang tidak bisa pakai tong komposter, kita pakai magot. Saya buatin pupuk takakura. Makanya semua operator pengangkut sampah saya ajak kerja sama karena dia di depan mengangkut sampah. Mereka saya ajarin ketika mengangkut sampah, pilah sampahnya," kata Sulistiowati.

Menurut Sulistiowati, metode pengolahan sampah yang paling lengkap ada di Kelurahan Mataram Timur. Mulai dari pembuatan lubang biopori, magot dan pupuk Takakura. Dengan program Rumpil Inges, ia mengatakan banyak pengurangan sampah yang dibuang ke TPA.

"Sangat banyak pengurangan sampah apalagi yang organik. Seperti di Mataram Barat untuk sampah organik dalam seminggu 8 ton, saya bisa buat jadi pupuk," sebutnya.

3. Dorong diperluas sampai tingkat kecamatan

Sosok Lurah Sulistiowati, Penggagas 'Rumpil Inges' di Kota MataramTempat pemilahan dan pengolahan sampah lewat program Rumpil Inges di Kota Mataram. (dok. Istimewa)

Sulistiowati yakin jika setiap kecamatan punya tempat pengolahan sampah seperti program Rumpil Inges yang dilakukan di dua kelurahan, maka persoalan timbulan sampah akan teratasi di Kota Mataram.

Sampah yang dibuang ke TPA akan jauh berkurang. Anggaran yang dikeluarkan untuk pembuangan sampah ke TPA dapat digunakan untuk membeli truk pemecah sampah seperti di Kota Surabaya.

"Harapannya setiap kecamatan punya tempat pemilahan sampah sehingga terbantukan Pemkot Mataram dalam menangani masalah persampahan," ujarnya.

Hasil pengolahan sampah organik dapat juga dimanfaatkan menjadi pupuk di taman-taman kota. Sehingga, pemerintah daerah tidak mesti membeli pupuk lagi untuk tanaman yang ada di taman-taman kota.

"Dalam pemilahan sampah ini ibu rumah tangga punya peran penting. Kalau mereka terbiasa memilah sampah dari rumah maka tak akan ada sampah. Paling yang kita buang adalah sampah yang tidak bisa didaur ulang," tandasnya.

Baca Juga: Pendaki Gunung Rinjani yang Tertipu OT Bertambah Jadi 143 Orang 

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya