Solusi Atasi Pencemaran Limbah Tahu di Kota Mataram Sangat Mendesak 

Limbah picu pencemaran air dan polusi udara

Mataram, IDN Times - Limbah domestik dan industri rumah tangga masih menjadi persoalan serius di Kota Mataram. Seperti limbah industri rumah tangga dari pabrik pengolahan tahu dan tempe di Kelurahan Kekalik Jaya Kecamatan Sekarbela Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Pengolahan tahu menghasilkan limbah cair, sisa pembakaran dan polusi udara. Selama ini, limbah tahu masih dibuang ke selokan dan Sungai Ancar yang berada di daerah tersebut. Sehingga menurut penuturan Lurah Kekalik Jaya Kecamatan Sekarbela Kota Mataram, Safrudin mengatakan masyarakat sekitar sudah terbiasa mencium bau yang tidak sedap dari limbah cair industri tahu dan tempe.

"Kalau yang masalah bau, sudah biasa," kata Safrudin dikonfirmasi IDN Times di Mataram, Jumat (11/3/2022).

1. Warga inginkan ada solusi terkait polusi udara

Solusi Atasi Pencemaran Limbah Tahu di Kota Mataram Sangat Mendesak Limbah tahu masih dibuang ke Sungai Ancar dan selokan (IDN Times/Muhammad Nasir)

Safrudin mengatakan warga di Kelurahan Kekalik Jaya sudah terbiasa dengan bau tidak sedap dari limbah cair pengolahan tahu. Justru warga setempat meminta kepada pemerintah daerah untuk mengatasi polusi udara dari aktivitas pembakaran pengolahan tahu dan tempe.

Dalam Musyawarah Pembangunan Bermitra Masyarakat (MPBM), warga mengusulkan agar cerobong asap dari aktivitas pengolahan tahu dan tempe agar ditinggikan. Sehingga warga yang berada di daerah padat penduduk tersebut tidak terganggu asap pembakaran dari pengolahan tahu dan tempe.

"Hasil MPBM diusulkan buat cerobong asap ditinggikan. Di sini polusi udara yang banyak dikeluhkan. Apakah swadaya, atau bisa difasilitasi oleh pemerintah untuk cerobong asapnya agar ditinggikan," kata Safrudin yang menuturkan harapan warga setempat.

Baca Juga: Renggut Nyawa Bocah, LPA Bima Desak Pacuan Kuda Joki Cilik Dihentikan 

2. Belum ada solusi atasi limbah tahu

Solusi Atasi Pencemaran Limbah Tahu di Kota Mataram Sangat Mendesak Lurah Kekalik Jaya Safrudin (IDN Times/Muhammad Nasir)

Safrudin mengungkapkan sampai saat ini belum ada solusi untuk mengatasi limbah pengolahan tahu dan tempe. Dengan padatnya penduduk maka cukup sulit untuk membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal di daerah tersebut.

Sebelumnya, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram juga pernah membangun penampungan untuk mengatasi persoalan limbah cair dari hasil pengolahan tahu dan tempe. Namun belum bisa menyelesaikan masalah. Karena bau masih keluar dan mesin pompa yang digunakan tidak berfungsi dengan baik.

Ia menyebut jumlah perajin tahu dan tempe di Kelurahan Kekalik Jaya puluhan orang. Di lingkungan Kekalik Barat saja jumlah perajin mencapai 30-an orang. "Limbah masih dibuang ke sungai. Tapi gak berbahaya karena limbah organik," katanya.

3. Pemerintah rancang sistem pengolahan limbah terpadu

Solusi Atasi Pencemaran Limbah Tahu di Kota Mataram Sangat Mendesak Camat Sekarbela Cahya Samudra (IDN Times/Muhammad Nasir)

Camat Sekarbela Kota Mataram Cahya Samudra mengatakan Pemerintah telah merancang pembangunan Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Terpada (SPALD-T) di Tanjung Karang. Pembangunan SPALD-T akan dilakukan Kementerian PUPR, sementara Pemkot Mataram menyiapkan lahan seluas 3,5 hektare.

SPALD-T adalah sistem pengelolaan yang dilakukan dengan mengalirkan air limbah domestik dari sumber secara kolektif ke sub sistem pengolahan terpusat sebelum akhirnya dibuang ke badan air permukaan. Upaya ini diperlukan untuk mengurangi tingkat pencemaran lingkungan oleh air limbah dari berbagai tempat produksi di Kota Mataram.

Kebanyakan para pelaku industri membuang air limbah ke saluran air yang sangat berbahaya bagi ekosistem lingkungan. Oleh karenanya pembangunan SPALD-T, diharapkan menjadi solusi nyata menghadapi bahaya kerusakan lingkungan yang lebih masif.

"Kalau ini diikhtiarkan limbah tahu yang di sini bisa dibawa ke sana. Memang butuh anggaran yang cukup besar," katanya.

4. Harap kesadaran masyarakat

Solusi Atasi Pencemaran Limbah Tahu di Kota Mataram Sangat Mendesak Wali Kota Mataram Mohan Roliskana (DN Times/Ahmad Viqi Wahyu Rizki)

Wali Kota Mataram Mohan Roliskana mengatakan edukasi kepada masyarakat terutama perajin tahu dan tempe terus dilakukan. Pemkot Mataram terus memberikan penyadaran kepada masyarakat agar limbah tahu dan tempe tidak kangsung dibuang ke sungai Ancar.

"Dan memang sudah kita lakukan, kondisi sekarang sudah lebih baik. Pencemaran sungai bisa lebih kita kendalikan sekarang. Dan ada upaya dari dinas terkait untuk terus memberikan jalan keluar dari sisa atau limbah tahu itu," kata Mohan.

Ketua DPD I Golkar Provinsi NTB ini mengatakan persoalan limbah tahu dan tempe di Kekalik Kaya Kota Mataram memang harus ada jalan keluarnya. Terutama, kata Mohan yang menjadi keluhan earga terkait polusi udara dari aktivitas pengolahan tahu dan tempe.

"Nanti gak harus buang limbah atau IPAL komunal di situ. Tetapi nanti ada sifatnya penampungan mobile, limbah kita ambil dari situ. Kemudian kita angkut ke tempat yang khusus pengolahan limbah yang akan kita bangun rencananya di Tanjung Karang," kata Mohan.

4. Limbah tahu sebagai bahan baku energi terbarukan

Solusi Atasi Pencemaran Limbah Tahu di Kota Mataram Sangat Mendesak Perajin sedang memasak tahu di atas tungku (IDN Times/Muhammad Nasir)

Limbah tahu yang tidak terolah begitu menyengat baunya sehingga mengganggu warga dan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Namun, limbah tahu dapat dimanfaatkan menjadi salah satu bahan baku Biogas Rumah (BIRU).

Yayasan Rumah Energi, Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT), dan Baznas Kota Mataram pada 2020 menginisiasi pembangunan biogas untuk mengolah limbah tahu.
Potensi limbah tahu di NTB cukup besar, sekitar 2.500 KK merupakan perajin tahu dan tempe yang memiliki potensi untuk pemanfaatan biogas. Teknologi biogas memanfaatkan limbah organik sebagai bahan baku yang diolah menjadi energi bersih berupa gas untuk memasak dan ampasnya untuk pupuk alami.

Baca Juga: Sambut MotoGP, Merah Putih Berkibar di Perbatasan Indonesia-Australia

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya