Pro Kontra Soal Nyamuk Wolbachia, NTB Tak Menjadi Daerah Percobaan

Dikes NTB sebut nyamuk Wolbachia efektif menekan kasus DBD

Mataram, IDN Times - Penebaran nyamuk Wolbachia untuk mengatasi Demam Berdarah Dengue (DBD) di beberapa wilayah di Indonesia menuai pro dan kontra. Dinas Kesehatan (Dikes) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyatakan NTB tidak menjadi daerah percobaan untuk penebaran nyamuk Wolbachia.

Di tengah pro dan kontra penebaran nyamuk Wolbachia, Kepala Dikes NTB dr. Lalu Hamzi Fikri justru mengatakan bahwa inovasi tersebut cukup efektif untuk menurunkan kasus DBD. Fikri memandang adanya potensi besar dari segi penanganan kasus DBD di Indonesia, termasuk NTB.

Berdasarkan inovasi, nyamuk Wolbachia menurunkan angka kejadian dengue. Hal ini disebut lebih efektif dan bisa lebih menghemat anggaran.

"Harapannya, penyebaran nyamuk Wolbachia dapat berjalan baik dan membuka kesempatan besar bagi Indonesia untuk bebas dari demam berdarah," kata Fikri di Mataram, Kamis (30/11/2023).

1. Alasan NTB tidak menjadi daerah percobaan

Pro Kontra Soal Nyamuk Wolbachia, NTB Tak Menjadi Daerah Percobaanilustrasi nyamuk Wolbachia (freepik.com/jcomp)

Meskipun penebaran nyamuk Wolbachia dinilai efektif menekan kasus DBD, tetapi NTB tidak termasuk daerah yang ditunjuk Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebagai daerah percobaan atau pilot project. Tetapi, kata Fikri, kasus DBD di NTB berada pada titik terendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

"NTB tidak dapat. Namanya ini masih pro kontra. Kita di NTB sudah turun kasusnya," terang Fikri.

Fikri mengklaim kasus DBD di NTB berada pada titik terendah, namun dia tidak hafal datanya. Tetapi yang jelas dia mendukung inovasi nyamuk Wolbachia untuk menekan kasus DBD di Indonesia.

Dengan menebarkan nyamuk Wolbachia, nyamuk yang diberikan bakteri Wolbachia hingga nyamuk tersebut bertelur dan menghasilkan nyamuk aedes aegypti berwolbachia.

Bakteri Wolbachia akan menghambat pertumbuhan virus dengue yaitu virus penyebab demam berdarah pada nyamuk aedes aegypti. Sehingga ketika nyamuk tersebut menggigit manusia tidak akan menularkan virus demam berdarah.

Baca Juga: Rincian Lengkap UMK Tahun 2024 di NTB, Mataram dan KSB Tertinggi 

2. Melalui proses penelitian yang cukup panjang

Pro Kontra Soal Nyamuk Wolbachia, NTB Tak Menjadi Daerah PercobaanIlustrasi pasien DBD. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani

Fikri menjelaskan penebaran nyamuk Wolbachia dipastikan aman karena telah melalui proses penelitian yang cukup panjang dengan turut melibatkan banyak ahli. Saat ini penyebaran nyamuk Wolbachia telah diperluas di lima Kota di Indonesia yang menjadi pilot project, yakni Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang dan Kupang.

Penebaran nyamuk tersebut tetap memerlukan monitoring dan evaluasi di bawah pengawasan Kemenkes RI untuk memastikan implementasinya berjalan baik. Dijelaskan, nyamuk Wolbachia sebelumnya disebar di Kota Yogyakarta sejak 2016 sebagai penelitian dan telah berjalan efektif serta mampu menurunkan angka kejadian demam berdarah hingga 77 persen dan angka perawatan rumah sakit juga turun 86 persen.

Merujuk data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta tahun 2023, kata Fikri, kasus demam berdarah dengue tercatat hanya di angka 67 kasus. Jumlah ini merupakan yang terendah selama 30 tahun terakhir. Nyamuk Aedes Aegypti merupakan perantara penularan virus dengue, sedangkan pada Aedes Albofictus tidak.

Hal inilah yang mendasari para peneliti UGM untuk mencoba memasukkan Wolbachia ke Aedes Aegypti dan menunjukkan hasil yang positif. Artinya pertumbuhan virus dengue dapat ditekan. Setelah menjalani uji coba dan berbagai protokol riset dijalankan khususnya di Bantul dan Sleman, menunjukkan hasil yang menggembirakan dan kasus DBD di daerah tersebut dapat ditekan.

"Atas dasar itu maka diaplikasikan ke beberapa daerah di Indonesia, namun ada resistensi karena pemahaman masyarakat. Termasuk penolakan dari beberapa ilmuwan dengan membawa isu yang sesungguhnya tidak jelas," kata Mantan Direktur RSUD Provinsi NTB ini.

3. Ribuan kasus DBD

Pro Kontra Soal Nyamuk Wolbachia, NTB Tak Menjadi Daerah PercobaanPasien DBD di NTB dirawat di rumah sakit. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Berdasarkan data Dikes NTB sebelumnya, jumlah penderita DBD selama 5 bulan sejak Januari hingga Mei 2023 sebanyak 2.547 kasus. Dari jumlah kasus tersebut, sebanyak 25 pasien meninggal dunia.

Kasus kematian yang terjadi sebagian besar disebabkan oleh terlambatnya penderita DBD dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan. Namun memasuki bulan Juni 2023, kasus DBD di NTB mengalami penurunan.

Dengan jumlah sebanyak 139 kasus dan 5 penderita meninggal dunia. Adapun kabupaten dengan kasus kematian terbanyak adalah Kabupaten Bima dengan total 14 kematian akibat DBB.

Baca Juga: Jadwal Kapal Rute Lombok - Bali pada Kamis 30 November 2023

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya