Perang Topat, Simbol Kerukunan Umat Islam dan Hindu di Lombok

Bupati Lombok Barat: perbedaan bukan untuk dioertentangkan

Lombok Barat, IDN Times - Setelah dua tahun tidak dilaksanakan akibat pandemik COVID-19, tradisi budaya perang topat kembali digelar di kawasan Pura Lingsar, Desa Lingsar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (8/12/2022). Tradisi budaya perang topat berjalan meriah dihadiri ribuan masyarakat dan wisatawan asing.

Bupati Lombok Barat, Fauzan Khalid mengaku bangga tradisi perang topat dilaksanakan bertepatan dengan bulan purnama. "Bangga karena kolaborasi masyarakat Lombok Barat, kegiatan ini bisa dilaksanakan. Karena perang topat ini warisan para leluhur untuk mengajari kita bagaimana bersikap terhadap pluralitas," kata Fauzan.

1. Perbedaan bukan untuk diperdebatkan

Perang Topat, Simbol Kerukunan Umat Islam dan Hindu di LombokBupati Lombok Barat Fauzan Khalid melempar ketupat menandai dimulainya perang Topat. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Fauzan mengatakan perbedaan bukan untuk diperdebatkan apalagi dipertentangkan karena perbedaan adalah sunnatullah. Para leluhur mewariskan adat istiadat yang bisa menjadi wahana untuk mempererat persatuan dan kesatuan.

"Tugas kita menjaga adat istiadat ini. Supaya semua orang tahu, masyarakat Lombok khususnya suku Bali dan suku Sasak, mereka menyadari persatuan harus terus direkatkan. Tanpa mau mempertengkarkan perbedaan," ujarnya.

Tradisi perang topat yang rutin dilaksanakan di kawasan Pura Lingsar menjadi simbol kerukunan antara umat Islam dan umat Hindu. Umat Islam dan Hindu di Desa Lingsar hidup dengan rukun dan saling menghormati.

Baca Juga: Harga Beras di Lombok Naik, Pedagang: Pembeli Sepi! 

2. Sejarah tradisi perang topat

Perang Topat, Simbol Kerukunan Umat Islam dan Hindu di LombokRibuan masyarakat menghadiri tradisi perang Topat, Kamis (8/12/2022). (IDN Times/Muhammad Nasir)

Perang topat adalah sebuah peristiwa budaya yang sudah menjadi pranata adat yang berkaitan dengan budaya pertanian yang diadakan di taman Kemaliq dan Pura Lingsar. Dalam pura ini, ada dua bangunan besar yakni Pura Gaduh sebagai tempat persembahyangan umat Hindu, dan bangunan Kemaliq yang disakralkan sebagian umat muslim Sasak dan masih digunakan untuk upacara-upacara ritual adat hingga kini.

Masyarakat Desa Lingsar selalu menggelar ritual perang topat pada hari ke-15 bulan ke tujuh pada penanggalan Sasak Lombok, yang disebut purnama sasih kepitu (Purnama bulan ketujuh), atau hari ke 15 bulan keenam pada penanggalan Hindu Bali, yang disebut purnama sasi kenem (Purnama bulan keenam). Perang ini merupakan simbol perdamaian antara umat Muslim dan Hindu di Lombok.

Perang Topat dilakukan pada sore hari, setiap bulan purnama ke tujuh dalam penanggalan Suku Sasak. Sore hari yang merupakan puncak acara yang dilakukan setelah salat Ashar. Tanda itu dipakai oleh orang tua dulu untuk mengetahui waktu salat Ashar. Ribuan umat Hindu dan Muslim memenuhi Pura Lingsar, dua komunitas umat beda kepercayaan ini menggelar prosesi upacara Pujawali, sebagai ungkapan atas puji syukur limpahan berkah dari sang pencipta.

Perang Topat dilakukan dengan saling melempar ketupat di antara masyarakat muslim dengan masyarakat hindu. Ketupat yang telah digunakan untuk berperang seringkali diperebutkan, karena dipercaya bisa membawa kesuburan bagi tanaman agar hasil panennya bisa maksimal. Kepercayaan ini sudah berlangsung ratusan tahun, dan masih terus dijalankan.

3. Polisi terjunkan 331 personel

Perang Topat, Simbol Kerukunan Umat Islam dan Hindu di LombokKapolresta Mataram Kombes Pol Mustofa (Dok. Polresta Mataram)

Selain tradisi perang Topat, umat Hindu juga menggelar upacara pujawali Pura Lingsar. Untuk mengamankan kegiatan ini, Polresta Mataram menerjunkan 331 personel gabungan terdiri dari TNI 21 personel, Brimob NTB 62 personel, Dalmas Polda NTB 45 personel, Polresta Mataram 155 personel, Sat Pol PP 17 personel, Damkar 5 personel, Dishub 13 personel dan Panita pengamanan Pura 5 personel.

Kapolresta Mataram Kombes Pol Mustofa mengatakan personel gabungam melaksanakan pengamanan Pujawali dan perang Topat sampai dengan acara selesai. Ia meminta aparat kepolisian menyiair batu dan benda-benda yang membahayakan supaya dibersihkan sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Baca Juga: Antisipasi Teror, Polisi di Mataram Dilengkapi Rompi Antipeluru 

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya