Penasihat Hukum Sangsi Soal Jarum Pentul Penyebab Santri Meninggal

Mataram, IDN Times - Tim Pansihat Hukum keluarga Nurul Izati (13) asal Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang meninggal dunia setelah perawatan intensif, Yan Mangandar Putra menegaskan kuat dugaan korban mengalami kekerasan di lingkungan pondok pesantren.
Yan mengatakan berdasarkan keterangan dokter RSUD dr. Soedjono Selong Lombok Timur pada Rabu, 26 Juni 2024, bahwa ada benturan benda tumpul di kepala bagian kiri korban. Hal ini mengindikasikan kuat bahwa terjadi kekerasan terhadap korban yang kesehariannya hidup di asrama dan sekolah di Ponpes Al Aziziyah.
1. Bantah pernyataan pihak ponpes soal jarum pentul

Yan mengatakan proses hukum kasus ini naik dari penyelidikan ke penyidikan. Ini sekaligus membantah keterangan awal pengurus Ponpes yang mengatakan bahwa apa yang dialami Nurul Izati bukan karena kekerasan tetapi karena mencongkel jerawat di hidungnya menggunakan jarum pentul.
Pihaknya meminta jangan sampai ada pihak tertentu mengarahkan kasus kekerasan ini terjadi luar Ponpes. Ia sangsi terhadap pernyataan pihak ponpes soal jarum pentul itu.
"Apalagi menuduh jarum pentul sebagai pelaku kekerasannya, rusak logika kita dibuat hanya demi menjaga nama baik lembaga tertentu," kata Yan di Mataram, Jumat (5/7/2024).
2. Polisi periksa saksi-saksi

Yan menjelaskan Unit PPA Satreskrim Polresta Mataram terus bekerja keras memburu terduga pelaku kekerasan terhadap Nurul Izati. Hingga Kamis, 4 Juli 2024, polisi telah memeriksa beberapa saksi dari Ponpes Al Aziziyah termasuk 2 saksi masih usia anak.
Dalam proses pemeriksaan, masing-masing didampingi Suharni dan Baiq Usmayanti, pekerja sosial (Peksos) dari Kementerian Sosial RI yang ditempatkan di Dinas Sosial Lombok Barat.
Pendampingan dua anak yang menjadi saksi oleh Peksos ini wajib berdasarkan ketentuan Pasal 23 ayat (2) UU 11/2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Dalam ruang pemeriksaan, 2 anak yang menjadi saksi tersebut selain didampingi Peksos juga didampingi pengurus dan pengacara Ponpes Al Aziziyah.
3. Desak rekaman CCTV di Ponpes sejak 12-14 Juni dibuka

Terkait pernyataan Ponpes Al Aziziyah mengenai adanya bukti CCTV yang memperlihatkan Nurul Izati baik-baik saja saat keluar dari Ponpes pada Jumat sore, 14 Juni 2024.
Sebaiknya, kata Yan, pihak pengurus Ponpes berulang kali bila perlu ratusan kali menonton rekaman CCTV tersebut. Baru kemudian akan melihat kebenaran bahwa korban dengan hidung luka dan mata bengkak keluar dari Ponpes menuju ke arah mobil berjalan sendirian.
Dengan badan membungkuk karena menahan rasa sakit sambil membawa satu tas ransel sekolah warna hijau dan satu goodie bag kecil. Seluruhnya berisi beberapa pakaian tanpa didampingi pengurus Ponpes satu pun.
"Kami pun justru meminta pihak kepolisian, rekaman CCTV lantai dasar hingga lantai 3 Asrama Putri Utama dibuka dari Rabu 12 Juni 2024. Agar kelihatan bagaimana sibuknya teman-teman santriwati mengurus, memberi tahu mudabbiroh dan bahkan memapah korban ke kamar kecil," kata Yan.
Yan berharap agar pengurus Ponpes sadar bahwa mereka abai dengan santriwati yang menjadi tanggung jawabnya itu dalam kondisi sakit parah tanpa dibantu sama sekali. Bahkan Yan berharap dari CCTV diharapkan dapat informasi tentang pernah tidak dari tanggal 12 - 14 Juni 2024, pengurus Ponpes mengantar korban yang sakit parah ke Poskestren.
"Karena kami tim kuasa belum temukan informasi itu dari siapapun kecuali pengakuan sepihak pengurus Ponpes di hadapan media tanggal 24 Juni 2024. Kami yakin, seandainya pihak Ponpes peduli dan tidak abai tanggung jawabnya, maka tidak akan terjadi hal buruk ini," tandas Yan.
4. Ponpes siap berikan rekaman CCTV

Sementara, Penasihat Hukum Ponpes Al Aziziyah Herman Soerenggana menyatakan pihak Ponpes siap memberikan rekaman CCTV jika dibutuhkan oleh penyidik. Ia mengatakan sudah melihat rekaman CCTV saat korban dijemput ke Lombok Timur menggunakan mobil oleh perwakilan keluarga pada Jumat sore, 14 Juni 2024. Beberapa hari kemudian pihak pondok mendapatkan kabar korban masuk rumah sakit.
"Rekaman CCTV, dia menenteng tas, kemudian di halaman dijemput perwakilan keluarga dan naik mobil. Tidak dibopong, dia jalan sendiri. Nurul Izati keluar dari gerbang, kemudian yang menjemput datang dan mengambil barang bawaan Nurul kemudian masuk mobil," tutur Soerenggana.