Musim Pancaroba, NTB Catat 358 Kasus DBD pada Awal 2024 

Terjadi tren peningkatan kasus DBD pada musim pancaroba

Mataram, IDN Times - Memasuki awal tahun 2024, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi NTB tercatat sebanyak 358 kasus berdasarkan data pada bulan Januari 2024. Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) NTB dr Lalu Hamzi Fikri di Mataram, Senin (4/3/3034) mengatakan perlu ada kewaspadaan terjadinya peningkatan kasus DBD pada musim pancaroba seperti saat ini.

Fikri menyebutkan 358 kasus DBD pada Januari 2024 tersebar di 10 kabupaten/kota di NTB. Dengan rincian 42 kasus di Kota Mataram, 40 kasus di Lombok Barat, 122 kasus di Lombok Tengah, 21 kasus di Lombok Timur, 35 kasus di Lombok Utara, 53 kasus di Sumbawa Barat, 21 kasus di Sumbawa, 2 kasus di Dompu, 12 kasus di Bima, dan 10 kasus di Kota Bima.

1. Tren kasus DBD meningkat setiap awal tahun

Musim Pancaroba, NTB Catat 358 Kasus DBD pada Awal 2024 Kepala Dikes NTB dr Lalu Hamzi Fikri. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Fikri mengatakan DBD sangat identik dengan musim hujan atau musim pancaroba. Berdasarkan pola tren kasus DBD dari tahun ke tahun, terjadi peningkatan kasus pada awal tahun yang salah satu penyebab utamanya dipicu oleh kondisi cuaca.

"Perkiraan peningkatan kasus DBD masih akan terjadi pada awal bulan Maret dan diperkirakan akan menurun di akhir Maret mengikuti pola musim," terangnya.

Baca Juga: 1.389 Guru Honorer Lulus PG di NTB Tuntut Diangkat Jadi PPPK 2024

2. DBD tahun 2023 mencapai 3.449 kasus

Musim Pancaroba, NTB Catat 358 Kasus DBD pada Awal 2024 Pasien DBD saat jalani perawatan di RSUD Caruban. IDN Times/ Riyanto

Pada tahun 2023, kasus DBD di NTB mencapai angka 3.449 kasus. Target jumlah persentase angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) DBD Provinsi NTB adalah kurang dari 1 persen. Pada Desember 2023, CFR NTB telah mencapai 0,72 persen.

Fikri mengatakan bahwa Incident Rate (angka insiden) Provinsi NTB yang berada di angka 63,25 persen di tahun yang sama perlu menjadi atensi lebih. Upaya pencegahan DBD di NTB mengutamakan kerja sama dan koordinasi antaraProvinsi, Kabupaten/Kota serta Puskesmas.

Salah satunya dengan pemberian Larvasidasi yang dilakukan oleh Puskesmas di bawah pemantauan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dengan persediaan bahan dari Dinas Kesehatan Provinsi NTB.

Upaya lainnya dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang dilakukan oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dengan tetap berkoordinasi bersama Dinas Kesehatan Provinsi NTB.

"Pemeriksaan DBD menggunakan antigen juga dilakukan dalam upaya penemuan dini kasus DBD, alat diagnostik cepat tersebut didistribusikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi kepada Kabupaten/Kota," jelas Fikri.

3. Kasus kematian pasien DBD karena terlambat dibawa ke fasyankes

Musim Pancaroba, NTB Catat 358 Kasus DBD pada Awal 2024 Pinterest

Mantan Direktur RSUD Provinsi NTB ini mengungkapkan kasus kematian akibat DBD sebagian besar terjadi disebabkan terlambatnya penderita dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). Sehingga, menurutnya peran masyarakat juga sangat dibutuhkan dalam penanganan kasus DBD.

Apabila masyarakat merasakan gejala DBD, diimbau untuk dapat segera membawa penderita ke Rumah Sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Secara umum, kata Fikri, kasus DBD di NTB mengalami kenaikan pada awal tahun.

Kemudian menurun menjelang pertengahan tahun dan sedikit meningkat menjelang akhir tahun. Hal ini salah satunya dipengaruhi musim pancaroba atau peralihan musim dari kemarau ke musim hujan.

Ia berharap masyarakat mewaspadai DBD dengan mengenali fase awalnya yang mirip dengan flu. Ditandai dengan rasa nyeri sendi, demam, sakit kepala hebat, hingga mual. Selain itu, timbulnya demam berat yang berlangsung 2 sampai 7 hari juga menjadi gejala DBD.

"Apabila merasakan gejala-gejala tersebut, segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan," sarannya.

Menurut Fikri, pencegahan DBD yang paling utama adalah dengan menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan konsep 3M Plus.

Yakni menguras dan menyikat bak penampungan air, menutup tempat penampungan air, memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas serta menggunakan obat nyamuk, penaburan larvasida, pemasangan kawat, dan gotong-royong menjaga dan membersihkan lingkungan.

Baca Juga: Ini Bencana di NTB selama Dua Bulan, Ribuan Warga Terdampak

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya