Mahasiswa Terjerat Pinjol Dapat Ganggu Stabilitas Sosial dan Ekonomi 

Kampus perlu pikirkan pinjaman lunak bagi mahasiswa

Mataram, IDN Times - Kemajuan teknologi informasi membuat segalanya menjadi mudah, termasuk akses mendapatkan pinjaman online (pinjol). Kondisi ini dimanfaatkan bisnis pinjol untuk memperbanyak nasabah dari kalangan mahasiswa.

Pengamat Ekonomi Universitas Mataram, Dr. Firmansyah, M.Si., mengatakan dari perspektif pelaku bisnis pinjol, mahasiswa menjadi pasar untuk meningkatkan pendapatan atau eksistensi bisnisnya agar tetap berjalan.

"Tetapi sebagian besar mahasiswa hampir hanya kuliah, jarang yang sambil bekerja. Artinya semua kebutuhan dikirim oleh orang tuanya. Bisa jadi ada fenomena mahasiswa merasa ada kebutuhan-kebutuhan lain yang diperlukan lebih dari apa yang mereka miliki. Sehingga ini yang mendorong mereka terjerat pinjol," kata Firmansyah dikonfirmasi IDN Times, Sabtu (17/2/2024).

2. Dikhawatirkan meluas ke pelajar

Mahasiswa Terjerat Pinjol Dapat Ganggu Stabilitas Sosial dan Ekonomi ilustrasi pinjol (Freepik.com)

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram ini mengatakan mahasiswa yang terjerat pinjol karena merasa uang yang dikirim oleh orangtua tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Bisa juga terjadi uang kiriman yang seharusnya untuk membayar SPP tetapi digunakan untuk kepentingan yang lain. Sehingga hal ini menyebabkan mahasiswa terjerat pinjol.

"Fenomena ini diprediksikan akan meluas bukan hanya mahasiswa, lama kelamaan pelajar sekolah yang setiap hari pegang HP. Karena pinjol ini masif sekali iklannya di media sosial," ucap Firmansyah.

Prosedur yang sederhana dan mudah menyebabkan mahasiswa terjerat pinjol. "Ini saya kira fenomena baru tapi sudah diprediksikan akan terkena banyak aspek termasuk mahasiswa," tambahnya.

Baca Juga: 10 PPPK Pemprov NTB Mengundurkan Diri Usai Lolos Seleksi

2. Dapat ganggu stabilitas sosial dan ekonomi

Mahasiswa Terjerat Pinjol Dapat Ganggu Stabilitas Sosial dan Ekonomi Ilustrasi warga miskin (IDN Times/Juliadin)

Selain itu, kata Firmansyah, perubahan gaya hidup mahasiswa juga mempengaruhi mereka terjerat pinjol. Apalagi dengan adanya kemudahan meminjam uang lewat pinjol meningkatkan hasrat untuk hidup konsumtif.

Menurut Firmansyah, kebiasaan seperti ini dapat mengganggu stabilitas sosial dan ekonomi. Karena banyak orang yang tidak memenuhi syarat mendapatkan pinjaman, tetapi karena persyaratannya mudah, mereka meminjam uang lewat pinjol.

"Kebiasaan ini akan mengganggu stabilitas sosial dan ekonomi. Karena ini berkaitan dengan transaksi uang, tentu sedikit banyak berpengaruh dari aspek moneter. Jangan sampai terjadi bubble ekonomi, banyak yang meminjam dan macet," terang Firmansyah.

Jika ada mahasiswa yang meminjam uang di pinjol kemudian kredit macet. Maka akan berimbas pada masalah sosial. Orangtua yang akan menyelesaikan pinjaman yang macet tersebut. Sehingga akan menyebabkan terganggunya sirkulasi ekonomi rumah tangga.

"Karena dalam jangka panjang terganggu mahasiswa. Karena butuh energi untuk menyelesaikan kuliahnya. Sekarang ditambah energi itu untuk menyelesaikan utangnya," ucapnya.

Untuk itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus memberikan literasi keuangan yang masif kepada mahasiswa dan pelajar. Karena tidak menutup kemungkinan mereka juga merupakan bagian dari nasabah pinjol.

OJK juga mengatur kriteria nasabah yang dapat memperoleh pinjaman uang dari pinjol. Jangan seperti sekarang, orang cukup mudah mendapatkan pinjaman tanpa memikirkan dapat kegagalan kredit setiap pinjaman yang diberikan.

Berdasarkan data Statistik Tekfin Pendanaan dari OJK, beberapa provinsi tercatat kredit macet pinjol atau tingkat wanprestasi 90 hari (TWP90). Salah satunya adalah provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) termasuk TWP90 yang tertinggi mencapai 5,8 persen.

3. Kampus pikirkan berikan pinjaman lunak kepada mahasiswa

Mahasiswa Terjerat Pinjol Dapat Ganggu Stabilitas Sosial dan Ekonomi Ilustrasi kartu kredit (pexels.com/energepic.com)

Firmansyah mengatakan kampus perlu memikirkan untuk memberikan kredit lunak kepada mahasiswa. Karena tidak semua mahasiswa masuk kategori mampu. Terkadang ada kebutuhan mahasiswa yang tiba-tiba menggerus keuangan mereka.

"Memang ini pemikiran untuk kampus, memberikan pinjaman lunak kepada mahasiswa. Karena sekarang kalau mahasiswa telat membayar SPP, biasanya dikenakan denda berupa cuti," tutur Firmansyah.

Ia mengatakan pinjaman lunak kepada mahasiswa bisa menjadi solusi agak tak terjerat pinjol. Jangan sampai karena takut telat membayar SPP, kemudian meminjam uang ke pinjol.

"Yang paling penting menyelesaikan akar persoalannya. Kenapa mahasiswa harus mengambil pinjol. Kemungkinan pasti mahasiswa butuh uang. Kenapa butuh uang? Hal seperti ini perlu harus segera dijawab dicarikan solusinya," sarannya.

Sementara itu, salah satu mahasiswa di Kota Mataram, Putri mengatakan bahwa dirinya tidak setuju dengan sistem pinjol. Ia berharap pihak kampus dapat memberikan solusi yang lain. Sebab hal itu sama saja dengan melatih anak-anak muda untuk berutang atau terlilit utang.

"Mungkin tujuannya bagus, untuk membantu mahasiswa yang saat itu kurang mampu. Tapi apakah itu benar solusi terbaik? saya justru khawatir itu menjadi ruang untuk melatih kami sebagai anak muda ini terbiasa berutang," ujarnya.

Ia berharap ada solusi yang lebih baik yang dapat ditawarkan oleh kampus. Sehingga mahasiswa dapat menyelesaikan pendidikannya tanpa harus terlibat pinjol dengan bunga yang tinggi.

Baca Juga: 10 Besar Suara Parpol Dapil NTB II, TGB Berpotensi Gagal ke Senayan

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya