Ketimpangan Gender NTB 2023 Meningkat, ini Faktor Penyebabnya! 

Sumbawa paling rendah ketimpangan gender di NTB

Mataram, IDN Times - Indeks Ketimpangan Gender (IKG) Provinsi NTB tahun 2023 meningkat dibandingkan 2022. IKG NTB 2023 sebesar 0,650 atau naik 0,002 poin dibandingkan 2022 yang mencapai 0,648.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB Wahyudin menjelaskan ketimpangan gender di Provinsi NTB selama lima tahun terakhir mengalami fluktuasi yang cukup signifikan.

Tahun 2019 sampai dengan 2022, IKG NTB mengalami penurunan, namun pada tahun 2023 IKG Provinsi NTB sedikit meningkat yaitu 0,002 poin.

"Hal tersebut secara umum mengindikasikan bahwa ketimpangan gender semakin menyempit atau kesetaraan yang semakin membaik walaupun ada peningkatan di tahun 2023," kata Wahyudin di Mataram, Senin (6/5/2024).

1. Dua faktor penyebab meningkatnya IKG NTB 2023

Ketimpangan Gender NTB 2023 Meningkat, ini Faktor Penyebabnya! Kepala BPS Provinsi NTB Wahyudin. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Dijelaskan, peningkatan angka IKG NTB pada tahun 2023 disebabkan dua faktor. Pertama, menurunnya keterwakilan legislatif perempuan. Kedua, meningkatnya proporsi perempuan 15-49 tahun yang saat melahirkan anak lahir hidup pertama berusia kurang 20 tahun (MPHK20).

"Persentase anggota legislatif perempuan pada tahun 2023 mencapai 1,54 persen dan MPHK20 mencapai 0,333 persen," sebutnya.

Wahyudin menjelaskan, perkembangan dimensi pembentuk IKG dapat dilihat dari perkembangan indikatornya. Sebagian besar indikator yang mendorong perbaikan ketimpangan gender mengalami peningkatan. Hanya sebagian kecil indikator yang mendorong peningkatan ketimpangan gender.

Baca Juga: Budaya Patriarki Jadi Pemicu Tingginya Ketimpangan Gender di NTB

2. Perkembangan capaian tiga dimensi pembentuk IKG

Ketimpangan Gender NTB 2023 Meningkat, ini Faktor Penyebabnya! kesetaraan gender / pineterest

Wahyudin menjelaskan perkembangan dimensi pembentuk IKG NTB 2019-2023. Pertama, dimensi kesehatan reproduksi perempuan dibentuk dari dua indikator. Proporsi perempuan usia 15–49 tahun yang melahirkan hidup tidak di fasilitas kesehatan (MTF) dan proporsi perempuan usia 15–49 tahun yang saat melahirkan hidup pertama berusia kurang dari 20 tahun (MHPK20).

Pada tahun 2019, angka MTF sebesar 0,332, kemudian secara berturut-turut turun menjadi 0,296 pada tahun 2023. Namun demikian Indikator MHPK20 selama tahun 2019–2023 cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2019, MHPK20 sebesar 0,334, kemudian pada tahun 2023 turun menjadi 0,333.

Kedua, dimensi pemberdayaan dibentuk oleh dua indikator, yaitu persentase anggota legislatif dan persentase penduduk 25 tahun ke atas yang berpendidikan SMA ke atas. Selama periode 2019–2023, persentase perempuan anggota legislatif cenderung tidak berfluktuatif dan sangat rendah.

Kondisi ini merepresentasikan adanya ketimpangan peran Perempuan dan laki-laki dalam perwakilan legislatif. Persentase penduduk perempuan usia 25 tahun ke atas berpendidikan SMA ke atas selama kurun waktu yang sama cenderung mengalami peningkatan yang cukup signifikan, namun untuk laki-laki mengalami fluktuasi.

Persentase laki-laki pada tahun 2019 sebesar 38,40 persen, mengalami penurunan menjadi 36,87 persen pada tahun 2023, turun 1,53 persen poin.

Sementara persentase perempuan meningkat dari 26,74 persen pada tahun 2019 menjadi 29,80 persen pada tahun 2023 atau meningkat 3,06 persen poin. Peningkatan pendidikan perempuan yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki membuat tingkat Pendidikan antara perempuan dan laki-laki cenderung lebih setara.

Ketiga, dimensi pasar tenaga kerja direpresentasikan dengan indikator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Selama tahun 2019-2023, TPAK perempuan dan laki-laki semakin meningkat. TPAK laki-laki pada tahun 2019 sebesar 83,43 persen meningkat menjadi 84,18 persen pada tahun 2023 atau meningkat 0,75 persen poin.

Sementara TPAK perempuan meningkat cukup tinggi dari 56,36 persen pada tahun 2019 menjadi 62,54 persen pada tahun 2023 atau meningkat 6,18 persen poin. Peningkatan TPAK perempuan yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki membuat kesempatan berpartisipasi dalam pasar tenaga kerja antara perempuan dan laki-laki menjadi lebih setara.

3. Lima kabupaten/kota mengalami peningkatan IKG 2023

Ketimpangan Gender NTB 2023 Meningkat, ini Faktor Penyebabnya! Indeks ketimpangan gender pada 10 kabupaten/kota di NTB tahun 2023. (dok. BPS NTB)

Selama kurun waktu 2019-2023, kata Wahyudin, capaian IKG di tingkat kabupaten/kota bervariasi. Pada tahun 2023 terdapat 5 kabupaten/kota yang mengalami peningkatan IKG dibandingkan dengan tahun 2022 atau dengan kata lain mengalami peningkatan kesenjangan gender.

Sebagian besar peningkatan IKG terdapat di kabupaten/kota di pulau Lombok. Pada tahun 2023, ketimpangan gender paling rendah dicapai oleh Kabupaten Sumbawa dengan capaian IKG 0,350, sedangkan ketimpangan gender yang paling besar terdapat di Kabupaten Lombok Tengah dengan capaian IKG 0,603.

Sementara itu, lompatan capaian penurunan ketimpangan tertinggi juga dicapai oleh Kabupaten Sumbawa dengan laju pertumbuhan mencapai -18,981 persen. Sebaliknya perkembangan kesenjangan yang paling tinggi dicapai oleh Kabupaten Lombok Utara dengan laju IKG mencapai 3,750 persen.

Baca Juga: Istri Jadi TKW Baru Seminggu, Pria di Mataram Setubuhi Anak Kandung 

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya