Kak Wawan Kampanyekan Setop Kekerasan pada Anak Lewat Mendongeng 

Jumlah pendongeng profesional di NTB minim

Mataram, IDN Times - Kasus kekerasan terhadap anak di Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi atensi semua pihak, tak terkecuali para pendongeng atau storyteller. Lewat mendongeng atau bercerita, storyteller ikut memberikan edukasi dalam mencegah kekerasan terhadap anak di NTB.

Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Provinsi NTB mencatat ratusan anak mengalami kekerasan seksual pada 2022. Berdasarkan data sampai 26 Desember 2022, kekerasan pada anak sebanyak 672 kasus.

Dari 672 kasus kekerasan pada anak, sebanyak 239 kasus merupakan kekerasan seksual, 93 kasus kekerasan psikis, 90 kasus kekerasan fisik, 8 kasus eksploitasi, 36 kasus penelantaran dan 206 kasus kekerasan lainnya.

Kasus kekerasan seksual terhadap anak yang tertinggi di Lombok Timur 50 kasus, Lombok Tengah 39 kasus, Sumbawa 34 kasus, Bima 28 kasus, Lombok Barat 25 kasus, Dompu 21 kasus, Lombok Utara 12 kasus, Sumbawa Barat 12 kasus, Kota Mataram 11 kasus dan Kota Bima 7 kasus.

1. Cegah kekerasan pada anak lewat dongeng

Kak Wawan Kampanyekan Setop Kekerasan pada Anak Lewat Mendongeng Storyteller NTB, Herman Husdiawan. (dok. Istimewa)

Salah satu storyteller alias pendongeng di NTB yang menggaungkan setop kekerasan pada anak lewat mendongeng adalah Herman Husdiawan atau Kak Wawan. Sejak lima tahun terkahir, dia mengkampanyekan pencegahan kekerasan terhadap anak lewat mendongeng atau bercerita.

"Sekarang di lembaga kami, salah satu yang kita gaungkan adalah bagaimana menyetop kekerasan fisik dan seksual terhadap anak. Ini yang kita setop. Dengan storytelling yang santai, melibatkan anak-anak, membuat mereka senang, terhibur dan membuat anak-anak mengerti apa yang harus dilakukan kalau ada kekerasan fisik maupun kekerasan seksual terhadap mereka," kata Kak Wawan saat berbincang dengan IDN Times, Sabtu (18/3/2023).

Gerakan setop kekerasan pada anak lewat mendongeng telah dimulai sejak lima tahun lalu. Pendiri Kerajaan Dongeng Indonesia ini melakukan road show ke sekolah-sekolah untuk mengkampanyekan setop kekerasan fisik dan kekerasan seksual pada anak.

Melalui cerita atau dongeng, anak-anak akan lebih mudah mengerti dan memahami apa yang harus dilakukan untuk mencegah kekerasan fisik dan seksual terhadap mereka. Gerakan ini akan kembali dilakukan pada bulan ramadhan mendatang dengan mengajak sejumlah lembaga.

Baca Juga: Pemprov NTB akan Usulkan 5.000 Formasi pada Rekrutmen ASN 2023

2. Pendongeng profesional di NTB minim

Kak Wawan Kampanyekan Setop Kekerasan pada Anak Lewat Mendongeng Anak-anak mendengarkan dongeng dari Kak Wawan. (dok. Herman Husdiawan)

Sebagai seorang storyteller, Kak Wawan banyak menceritakan tentang kisah-kisah para nabi dan sahabat Rasul. Ia mengatakan bercerita adalah kebiasaan para nabi dan rasul. Nabi bertutur tentang Allah SWT, alam semesta, kejadian orang-orang terdahulu yang menjadi pelajaran bagi generasi sekarang.

"Dalam Al-Qur'an, bercerita adalah perintah. Ceritakan nabi-nabi dan kita juga diminta membaca cerita serta mendengarkan. Cerita itu membangun imajinasi, kedekatan jiwa, membuat anak dan orang tua dekat, serta meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual anak-anak. Kita juga bisa menghibur anak-anak," terangnya.

Kak Wawan melihat tradisi mendongeng di NTB ada perkembangan namun tidak begitu masif. Perkembangan tradisi mendongeng terlihat dari beberapa kegiatan lomba bercerita baik di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

"Kader-kader saya mendirikan lembaga sendiri. Itu juga menjadi hal yang bagus. Di sekolah-sekolah mendongeng makin digemari. Apalagi di bulan Ramadhan makin digemari dan disukai," ucapnya.

Terkait storyteller atau pendongeng profesional di NTB, Kak Wawan mengatakan jumlahnya tidak banyak. Ia menyebutkan jumlah pendongeng profesional di NTB sekitar 10 orang. "Kalau yang concern mungkin ada 4 - 5 storyteller," ungkapnya.

3. Melawan anak kecanduan gadget dengan bercerita

Kak Wawan Kampanyekan Setop Kekerasan pada Anak Lewat Mendongeng Ilustrasi anak kecanduan gadget (Pexels/Andrea Piacquadio)

Kak Wawan mengatakan anak-anak sekarang banyak yang kecanduan gadget sehingga menjadi tantangan tersendiri untuk tetap mempertahankan tradisi mendongeng. Anak-anak menjadi kecanduan gadget karena tidak ada aktivitas produktif yang dilakukan seperti bermain dan bercerita.

"Karena anak-anak biasa menonton, ada visual, gambar, hadiah, itu membuat gadget menarik. Tapi sebagai pencerita profesional, maka itu gak masalah. Kita tahu caranya bagaimana menghandle anak-anak. Dengan lagu, musik, pembukaan yang gak pernah dibayangkan tapi asyik, suara yang bagus. Pengaruh gadget itu juga perlu kita waspadai. Cara melawannya dengan bertutur dan berkisah," ujarnya.

Kak Wawan mengatakan sebagai storyteller mereka punya komunitas mulai dari tingkat lokal, nasional hingga internasional. Lewat komunitas itu, sesama storyteller berbagi cerita dan bertukar pikiran mengenai tantangan yang dihadapi untuk terus menghidupkan tradisi bercerita dan mendongeng.

"Kita sharing dengan kawan-kawan pencerita nasional maupun internasional. Sehingga tidak menemukan banyak kendala. Ada kendala tapi bisa kita handle. Kita punya komunitas Federation of Asian Storyteller's di tingkat internasional," tutur Kak Wawan.

Baca Juga: Investor Korea Tertarik Bangun Mal di Kawasan Wisata Senggigi 

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya