Jadi Destinasi Wisata Andalan, Kota Tua Ampenan akan Direvitalisasi

Pemkot Mataram ajukan proposal ke Kemparekraf

Mataram, IDN Times - Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) bakal menjadikan Kota Tua Ampenan sebagai destinasi wisata andalan di Kota Mataram. Ampenan merupakan salah satu pusat kota di Lombok sejak Belanda membangun Pelabuhan Ampenan pada 1924.

Kota Ampenan dihuni oleh berbagai suku bangsa dan masih memiliki banyak bangunan-bangunan tua peninggalan Belanda. Sebagai salah satu kota bersejarah peninggalan Belanda, Pemerintah Kota Mataram mulai melakukan revitalisasi Kota Tua Ampenan.

"Kota Tua Ampenan tahun ini kita lakukan revitalisasi. Karena memang itu salah satu spot wisata yang akan menjadi andalan kita di Kota Mataram," kata Wali Kota Mataram Mohan Roliskana dikonfirmasi di Mataram, Jumat (17/2/2023).

1. Penataan bertahap, alokasikan anggaran Rp500 juta tahun 2023

Jadi Destinasi Wisata Andalan, Kota Tua Ampenan akan DirevitalisasiBangunan-bangunan tua di Kota Tua Ampenan. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Tahun 2023, Pemkot Mataramengalokasikan anggaran untuk penataan zona pedagang kaki lima (PKL) dan mitigasi bencana di Pantai Ampenan. Selama ini, abrasi menjadi ancaman di Pantai Ampenan ketika tiba musim angin barat. Untuk melindungi bibir pantai akan dibangun riprap di sepanjang pinggir Pantai Ampenan untuk menahan gelombang.

"Tahun ini kita intervensi anggaran Rp500 juta untuk penataan zona PKL dan juga untuk mitigasi bencana," jelas Mohan.

Sebagai kota tua yang potensial dikembangkan menjadi destinasi wisata, Mohan mengungkapkan Pemkot Mataram juga sudah mengajukan proposal ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemparekraf) supaya bisa dibantu untuk melakukan revitalisasi Kota Tua Ampenan. Revitalisasi atau penataan Kota Tua Ampenan akan dilakukan secara bertahap.

Untuk tahun ini, Pemkot Mataram melakukan penataan mulai dari zona pantai. Kemudian berikutnya ke bagian bangunan-bangunan tua yang berada di bagian tengah. "Sekarang kita sudah punya satu bangunan di situ yang kemarin kita beli dari masyarakat. Itu akan kita jadikan sebagai pilot project nanti," ujarnya.

Baca Juga: Lokasi WSBK dan MotoGP, Loteng Cuma Targetkan Kunjungan 120.000 Turis 

2. Percantik bangunan-bangunan tua

Jadi Destinasi Wisata Andalan, Kota Tua Ampenan akan DirevitalisasiBangunan tua bekas gudang yang tidak terawat di Kota Tua Ampenan. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Setelah zona pinggir pantai dilakukan penataan, selanjutnya Pemkot Mataram akan mempercantik bangunan-bangunan tua yang berada di Kota Tua Ampenan. Karena bangunan-bangunan tua di Ampenan bukan milik pemerintah, Pemkot Mataram sudah bersurat ke masing-masing pemilik supaya tidak mengubah bentuk bangunan.

"Mungkin nanti pada saatnya kita lakukan intervensi pemerintah untuk membantu memperbaiki ornamen-ornamen yang khusus untuk di luar. Cuma memang bangunan tua di Ampenan ini statusnya beda. Kalau di kota lain bangunan tua itu lebih banyak milik pemerintah. Kalau di Kota Tua Ampenan milik pribadi. Repotnya di sana. Makanya intervensinya tidak mudah," ucap Mohan.

Kota Tua Ampenan, lanjut Mohan, sudah lama diusulkan menjadi cagar budaya. Ampenan diusulkan menjadi salah satu kota heritage di Indonesia. Sehingga menjadi tanggung jawab masyarakat dan Pemda untuk mempertahankan bangunan tua peninggalan kolonial Belanda itu.

3. Pemerintah Pusat diminta ikut intervensi

Jadi Destinasi Wisata Andalan, Kota Tua Ampenan akan DirevitalisasiRuang terbuka hijau yang mulai ditata di Kota Tua Ampenan. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTB Jalaluddin Maladi mengatakan bangunan-bangunam Kota Tua Ampenan harus tetap dipertahankan. Pemkot Mataram dinilai sudah mulai melakukan revitalisasi Kota Tua Ampenan. Menurut Jamaluddin, Kota Tua Ampenan merupakan destinasi wisata cagar budaya yang sangat potensial untuk menarik kunjungan wisatawan ke Kota Mataram.

Bahkan dalam ASEAN Tourism Forum beberapa waktu lalu, pihaknya sudah meminta kepada pelaku wisata supaya tidak hanya menjual tiket nonton World Superbike (WSBK) dan MotoGP Mandalika. Tetapi juga menjual paket wisata Kota Tua Ampenan dan destinasi-destinasi wisata lainnya.

Menurut Jamaluddin, Kota Tua Ampenan harus tetap dipertahankan sama seperti kota tua-kota tua lainnya seperti Jakarta dan Gedung Sate di Bandung. Untuk itu, Pemerintah Pusat juga harus ikut melakukan intervensi penanganan.

"Dana APBN harus turun untuk membantu revitalisasi Kota Tua Ampenan. Kami juga provinsi akan membantu juga. Beberapa tahun kemarin kami membantu juga penataan jalan lingkungan di Kota Tua Ampenan dari Dinas Perumahan dan Permukiman," tuturnya.

4. Sejarah Kota Tua Ampenan

Jadi Destinasi Wisata Andalan, Kota Tua Ampenan akan DirevitalisasiPuing-puing bekas tiang pancang di Pelabuhan Ampenan, Kota Mataram. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Dilansir dari laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Lombok telah memiliki integrasi dengan jaringan perdagangan global dan telah berkembang pada 1360. Namun baru menjadi pusat niaga pada akhir abad ke-16–17 dan Ampenan menjadi pusat niaga untuk pelaut dan pedagang di Asia dan Eropa dalam komoditi rempah-rempah dan kayu cendana. Semua pedagang Asia dan Eropa datang mewakili perwakilan dagang di Pelabuhan ini.

Dengan berkembangnya jaringan perdagangan ini, terutama pada awal abad ke-19, Nusa Tenggara muncul lebih dinamis dalam aktivitasnya dan memberikan perubahan pada perekonomian. Pelabuhan Ampenan menjadi tempat strategis dalam jalur perdagangan panjang antara: Australia–Singapura–India, dan Australia–Manila–Cina.

Terdapat tiga rule perdagangan yaitu Perdagangan orang Eropa (Eropean Trade), suatu perdagangan yang dilakukan oleh kapal-kapal Eropa. Jenis perdagangan ini menempatkan Lombok pada jalur panjang seperti New South Wales-Manila-Cina dan New South Wales- Singapura-Benggala

Kemudian perdagangan musiman, biasanya dilakukan oleh pedagang Bugis dan Cina. Jalur ini menempatkan Lombok berhubungan dengan tempat-tempat lain sepertiJawa, Makasar, Riau, Kalimantan, Maluku, Singapura. Dan perdagangan lokal, adalah perdagangan antar pulau di Nusa Tenggara.

Lombok berada di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelah barat dan Selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa. Pulau ini berbentuk bulat dengan luas 4.725 km dan jumlah penduduk lebih kurang 3.722.123 jiwa.
Pulau Lombok dikenal sebagai gugusan bahari paling ramai di bagian timur sejak dahulu.

Bahkan dalam kitab Nagara Kertagama dideskripsikan sebagai kota perdagangan yang memiliki hubungan dengan Majapahit, yang disebut Labuhan Lombok. Dengan pelabuhan yang terkenal yaitu Ampenan. Karena itu dikatakan bahwa Ampenan adalah kota tua di Lombok. Di tempat inilah sejarah Lombok dimulai sejak 1800-an.

Di Ampenan banyak kampung yang merupakan perwujudan dari berbagai suku bangsa di Indonesia, yaitu: Kampung Tionghoa, Kampung Bugis, Kampung Melayu, Kampung Banjar, Kampung Arab, Kampung Bali dan lain-lain, sehingga masyarakatnya heterogen dan rukun.
Ampenan merupakan kawasan yang dikembangkan oleh Belanda menjadi pelabuhan untuk menyaingi dominasi kerajaan-kerajaan di Bali. Seperti kota pelabuhan pada umumnya, Ampenan sejak dahulu hingga sekarang dihuni oleh berbagai etnis.

Di Ampenan terdapat bangunan Vihara Bodhi Dharma yang dibangun pada 1804. Vihara ini merupakan bukti ada pembauran suku di Ampenan sejak dahulu. Vihara ini berada tepat di depan Kampung Melayu yang didominasi penganut Muslim. Sementara di kawasan pesisir didiami oleh orang Bugis yang bekerja sebagai nelayan. Pekerjaannya sebagai nelayan sebagai sumber utama dalam kehidupannya sehari-hari diwariskan dari nenek moyang mereka.

Seperti diketahui bahwa perdagangan maritim di Indonesia bagian timur sudah dimulai sejak abad ke-14. Dalam kitab Negara Kertagama yang ditulis Mpu Prapanca pada 1364 dan naskah kuno orang Bugis Ilagaligo mengatakan bahwa Kawasan Indonesia Timur merupakan jalur perdagangan yang dikategorikan cukup tua.

Itulah sebabnya menurut Kenneth R. Hall sekitar abad ke-14 wilayah tersebut berada dalam pengaruh Kerajaan Majapahit yang berada di Jawa Timur. Daya Tarik wilayah tersebut memiliki kekhasan sebagai penghasil rempah-rempah dan kayu cendana.

Negara Kertagama mendeskripsikan kota-kota perdagangan di Indonesia Timur yang memiliki hubungan dengan Majapahit, yaitu kota-kota dagang di pantai selatan semenanjung Pulau Sulawesi seperti Bontayang, Luwuk, Selayar, Banggae dan Makasar. Wilayah tersebut dinyatakan sebagai jalur utama yang dihubungkan dengan gugusan pulau Sumba, Lombok, Solot, Kumir, Galiyao Tua dan Kepulauan Maluku, yang kaya akan rempah-rempah.

Dalam kitab Negara Kertagama yang ditulis Mpu Prapanca pada 1364 telah tercatat sejumlah tempat yang dikunjungi armada dagang Majapahit yaitu Luwu, Bantaeng, Selayar, Makasar. Begitu pula di Nusa Tenggara telah disebut Bima, Lombok dan Kupan. Berdasarkan kitab Negara Kertagama dapat dijelaskan bahwa Bandar/Pelabuhan Lombok (Ampenan) telah berkembang pada 1360.

Posisi itu telah menempatkan bandar tersebut menjadi bandar yang terpenting dan pusat perdagangan internasioal dalam dunia perdagangan maritim pada akhir abad ke-16 hingga pertengahan abad ke-17. Ampenan menjadi pusat niaga untuk pelaut dan pedagang di Asia dan Eropa dalam komoditas rempah-rempah dan kayu Cendana.
Dengan berkembangnya jaringan perdagangan ini, Nusa Tenggara munul lebih dinamis dalam aktifitasnya dan bahkan muncul pusat-pusat baru yang memberikan arti pada pertumbuhan ekonominya. Sebagai contoh, Ampenan (Lombok) yang melampaui pelabuhan lain di Nusa Tenggara.

Keramaian Pelabuhan Ampenan dapat diketahui dari keterangan Zollinger (1846) yang menyebutkan bahwa hampir semua perdagangan dilakukan di Ampenan. Disebutkan pula selain kampung orang Sasak, Bali juga kampung pendatang seperti: Kampung Bugis, Melayu, Cina, Arab dan Eropa.

Keramaian pelabuhan Ampenan sebagai pusat niaga diketahui berlangsung sampai 1977. Dengan bukti ditemukannya ‘jangkar raksasa’ pada 20 Mei 1977. Yang kini jangkar tersebut ditempatkan di Museum Provinsi Nusa Tenggara Barat, di Mataram. Jangkar kapal berasal dari Cina tetapi dibuat di India pada akhir abad ke-17, milik Saudagar Cina bernama Cowo Liong Hui.

Selain temuan jangkar, di Ampenan terdapat banyak bangunan tua peninggalan Cina dan gudang-gudang perniagaan. Sekarang masih dapat kita jumpai di sepanjang jalan dari Simpang Lima yang menghubungkan Jalan Yos Sudarso,Jalan Niaga, jalan Koperasi, Jalan Sadeng Sungkar dan Jalan Kepabean.

Kota ini memang dimaksudkan sebagai Kota Pelabuhan oleh Belanda, karena sejarahnya yang telah lama menjadi pelabuhan maritim. Yang akhirnya pada 1924 dibangun lebih bagus oleh Belanda menjadi Pelabuhan yang ramai. Namun, aktivitas perdagangan mulai dipindahkan ke Pelabuhan Lembar, dan yang tersisa sekarang hanyalah patok-patok besi dan kayu.

Sebagai kota pelabuhan, bangunan-bangunan tua berjejer di tepi jalan di Kota Tua Ampenan ini. Ruas jalan di Pasar Pabean yang langsung menghadap ke laut menjadi saksi kejayaan bahari di masa lampau. Di sepanjang jalan ini berjejer bangunan tua yang banyak ditinggali oleh warga keturunan, khususnya warga Tionghoa. Jalan Pabean terhubung dengan Simpang Lima yang menghubungkan lima ruas jalan, yaitu Jalan Yos Sudarso, Jalan Niaga, Jalan Koperasi, Jalan Sadeng Sungkar dan jalan Pabean.

Baca Juga: Stabilkan Harga Migor, NTB Dapat Pasokan 2 Kontainer Minyakita 

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya