Inflasi NTB Menembus Angka 6,3 Persen, Pemda Gagal Kendalikan Harga? 

Harga beras penyumbang inflasi tertinggi bulan Februari

Mataram, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB mencatat inflasi di NTB terus mengalami kenaikan. Pada Bulan Februari 2023, inflasi year on year (y-on-y) di NTB sebesar 6,30 persen, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,65 pada Bulan Februari 2022 menjadi 113,36 pada Bulan Februari 2023.

Angka inflasi sebesar 6,3 persen itu merupakan gabungan inflasi Kota Mataram dan Kota Bima. Angka inflasi ini lebih tinggi dibanding angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 5,47 persen. Salah satu penyumbang inflasi terbesar pada Februari adalah kenaikan harga beras.

1. Pemprov NTB bingung beras jadi penyumbang inflasi terbesar di bulan Februari

Inflasi NTB Menembus Angka 6,3 Persen, Pemda Gagal Kendalikan Harga? Sekda NTB, Lalu Gita Ariadi (IDN Times/Muhammad Nasir)

Beberapa komoditas yang dominan memberikan andil atau sumbangan inflasi month to month (m-to-m) di NTB Bulan Februari 2023, antara lain beras, tarif Air Minum PDAM, rokok kretek filter, angkutan udara, dan rokok putih. Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) NTB, Lalu Gita Ariadi mengatakan Pemda juga bingung beras menjadi penyumbang terbesar inflasi di bulan Februari 2023.

Pada daerah lain, beras tidak menjadi penyumbang inflasi. Karena di satu sisi, NTB merupakan daerah lumbung beras nasional. Disinyalir pengiriman beras keluar NTB turut andil menyebabkan kenaikan harga.

"Kita bingung juga, daerah lain tidak ada beras sebagai kontributor inflasi. Makanya saya bilang, apa kita setop kita punya beras. Tapi beras yang kita dikirim ke luar daerah, merupakan perintah nasional untuk memenuhi daerah lain yang kekurangan," kata Gita dikonfirmasi Rabu (8/3/2023) sore.

Baca Juga: Daftar Nama Guru PPPK P1 NTB yang Penempatannya Dibatalkan

2. Seolah-olah gagal mengendalikan inflasi

Inflasi NTB Menembus Angka 6,3 Persen, Pemda Gagal Kendalikan Harga? Ilustrasi Inflasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Sekretaris Daerah Provinsi NTB ini menjelaskan pengiriman beras keluar daerah merupakan kebijakan pemerintah pusat. Tujuannya, agar daerah lain di luar NTB yang kekurangan kebutuhan pokok ini mendapatkan pasokan.

"Seolah-olah kita gagal mengendalikan inflasi, padahal ada policy (pemerintah pusat) yang perlu sama-sama kita pahami," terangnya.

Selain operasi pasar, perlu adanya pemberian subsidi pengangkutan kebutuhan pokok masyarakat. Selain itu, perlunya peninjauan tarif PDAM, karena juga menjadi penyumbang inflasi yang cukup besar di NTB.

3. Antisipasi kenaikan harga di bulan Ramadhan dan Hari Raya Nyepi

Inflasi NTB Menembus Angka 6,3 Persen, Pemda Gagal Kendalikan Harga? Aktivitas pedagang di Pasar Kebon Roek Kota Mataram. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Gita menambahkan, TPID NTB telah menggelar rapat konsolidasi mengantisipasi kenaikan harga menjelang hari besar keagamaan seperti bulan Ramadhan dan Hari Raya Nyepi. Setiap hari besar keagamaan, terjadi fenomena kenaikan harga-harga kebutuhan pokok masyarakat.

Terlebih, ada tren kenaikan inflasi di NTB pada dia bulan terakhir. Pada Januari 2023, inflasi NTB sebesar 5,83 persen dan kembali naik pada bulan Februari menjadi 6,3 persen year on year (y-ony).

"Secara nasional naik juga trennya. Sehingga presiden saat rakor Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia meminta gubernur segera melakukan kegiatan yang mendukung kegiatan ekonomi sembari tetap memperhatikan gejolak inflasi di tengah masyarakat," terangnya.

Meskipun inflasi NTB menembus angka 6,3 persen y-on-y pada Februari, namun pertumbuhan ekonomi NTB masih berada di atas inflasi. Gita menyebutkan pertumbuhan ekonomi NTB pada 2022 tercatat sebesar 6,95 persen.

3. Adanya kenaikan harga

Inflasi NTB Menembus Angka 6,3 Persen, Pemda Gagal Kendalikan Harga? Kepala BPS NTB Wahyudin. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Kepala BPS Provinsi NTB Wahyudin menjelaskan pada Bulan Februari 2023, di tingkat nasional terjadi inflasi y-on-y sebesar 5,47 persen dengan IHK sebesar 114,16. Dari 90 kota yang menghitung IHK, tercatat seluruh kota mengalami inflasi y-on-y. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Kotabaru sebesar 7,88 persen diikuti Kota Meulaboh sebesar 7,72 persen. Sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Waingapu sebesar 3,57 persen.

Untuk wilayah Bali dan Nusa Tenggara, dari tujuh kota yang menghitung IHK, tercatat seluruh kota mengalami inflasi y-on-y. Dimana inflasi tertinggi terjadi di Kota Denpasar sebesar 6,37 persen, Kota Mataram sebesar 6,30 persen, Kota Bima sebesar 6,28 persen, Kota Singaraja sebesar 6,15 persen, Kota Maumere sebesar 5,86 persen, Kota Kupang sebesar 5,57 persen dan Kota Waingapu sebesar 3,57 persen.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan dengan kenaikan indeks pada Kelompok Transportasi sebesar 22,04 persen. Kemudian Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau sebesar 7,75 persen, Kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran sebesar 4,18 persen.

Selanjutnya, Kelompok Perlengkapan, Peralatan dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga sebesar 3,62 persen, Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya sebesar 3,33 persen, Kelompok Pakaian dan Alas Kaki sebesar 2,75 persen, Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga sebesar 2,21 persen, Kelompok Rekreasi, Olahraga, dan Budaya sebesar 1,56 persen, Kelompok Pendidikan sebesar 1,41 persen dan Kelompok Kesehatan sebesar 0,87 persen.

Sedangkan penurunan indeks terjadi pada Kelompok Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan sebesar 1,27 persen. Wahyudin mengatakan inflasi month to month (m-to-m) Gabungan Dua Kota di NTB pada Bulan Februari 2023 sebesar 0,38 persen. Sedangkan inflasi year to date (y-to-d) di Bulan Februari 2023 sebesar 0,70 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi y-to-d di Bulan Februari 2022 sebesar 0,64 persen.

Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi y-on-y pada Februari 2023, antara lain Angkutan Udara, Bensin, Beras, Rokok Kretek Filter, dan Telur Ayam Ras. Sedangkan komoditas yang memberikan sumbangan deflasi y-on-y, antara lain Ikan Layang/Ikan Benggol, Tomat, Telepon Seluler, Daging Sapi, dan Minyak Goreng.

Sedangkan komoditas yang memberikan sumbangan deflasi m-to-m, antara lain Tongkol Diawetkan, Telur Ayam Ras, Ikan Tongkol/Ikan Ambu-Ambu, Daging Ayam Ras, dan Jeruk. Pada Februari 2023 kelompok pengeluaran yang memberikan sumbangan inflasi y-ony adalah Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau sebesar 2,5019 persen.

Kemudian Kelompok Transportasi sebesar 2,4844 persen, Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga sebesar 0,4201 persen, Kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran sebesar 0,2979 persen, Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya sebesar 0,2128 persen.

Selain itu, Kelompok Perlengkapan, Peralatan dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga sebesar 0,1796 persen, Kelompok Pakaian dan Alas Kaki sebesar 0,1621 persen, Kelompok Pendidikan sebesar 0,0504 persen, Kelompok Rekreasi, Olahraga, dan Budaya sebesar 0,0259 persen, Kelompok Kesehatan sebesar 0,0245 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan deflasi y-on-y adalah Kelompok Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan sebesar 0,0640 persen.

Baca Juga: Siswi SMK di Lombok Bully Temannya Gegara Diolok Payudara Kendur

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya