Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Cegah Kelumpuhan, 820.487 Anak di NTB Jadi Sasaran Vaksin Polio

Tenaga kesehatan memberikan vaksin polio kepada balita di Kota Mataram, Selasa (23/7/2024). (IDN Times/Muhammad Nasir)

Mataram, IDN Times - Sebanyak 820.487 anak usia 0 - 7 tahun di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) jadi sasaran vaksinasi polio. Ratusan ribu anak tersebut divaksinasi polio selama tujuh hari kedepan dan dimulai pada 23 Juli 2024.

Pj Gubernur NTB Hassanudin meminta Bupati/WaliKota di 10 kabupaten/kota berperan aktif agar semua anak yang menjadi sasaran divaksin polio untuk mencegah kelumpuhan.

"Kita berharap kerja sama dari semua stakeholders terkait maupun Bupati/ Wali Kota untuk berperan aktif dan menyukseskan program ini. Sehingga 820.000 anak yang jadi sasaran di NTB harus tervaksin polio," kata Hassanudin di Lingkungan Getap Timur, Kelurahan Cakranegara Selatan Baru, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram, Selasa (23/7/2024).

1. Rincian sasaran vaksin polio pada 10 kabupaten/kota di NTB

Pemberian vaksin polio di NTB. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Sebanyak 820.487 anak yang jadi sasaran vaksin polio tersebar pada 10 kabupaten/kota di NTB. Dengan rincian Kabupaten Lombok Barat 111.835 anak, Lombok Tengah 151.608 anak, Lombok Timur 219.458 anak.

Kemudian Lombok Utara 40.529 anak, Kota Mataram 62.034 anak, Sumbawa Barat 23.890 anak, Sumbawa 71.563 anak, Dompu 37.323 anak, Kabupaten Bima 77.941 anak dan Kota Bima 24.570 anak.

Vaksin yang tersedia untuk vaksin polio di NTB sebanyak 2.051.800 dosis. Masing-masing anak akan mendapatkan vaksin polio sebanyak dua kali. Vaksinasi kedua dilakukan dua minggu setelah pemberian dosis pertama.

2. Pj Gubernur NTB targetkan vaksinasi polio 100 persen

Pj Gubernur NTB melihat proses pemberian vaksin pada anak-anak di NTB. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Hassanudin menambahkan vaksinasi polio di NTB ditargetkan mencapai 95 persen. Namun, ia meminta stakeholders terkait termasuk Bupati/Wali Kota agar mampu mencapai 100 persen.

Menurutnya, vaksinasi polio sangat penting bagi anak-anak usia 0 - tahun. Karena anak adalah investasi generasi masa depan. Sehingga mereka harus terbebas dari penyakit kelumpuhan.

"Penyakit polio belum ada obatnya, jadi yang kita lakukan sekarang adalah pencegahannya melalui vaksinasi. Vaksinasi ini berdampak positif untuk pencegahan penyakit polio," tandas Hassanudin.

3. Memutus rantai penularan polio

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, dr Lalu Hamzi Fikri. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi NTB dr. Lalu Hamzi Fikri mengatakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dilakukan untuk memutus rantai penularan polio dan melindungi anak-anak Indonesia. Upaya ini dilakukan sebagai respons atas temuan kasus polio di beberapa daerah di Indonesia.

Sasaran PIN Polio adalah seluruh anak berusia 0-7 tahun dan tidak memandang status imunisasi sebelumnya. "Vaksin polio bisa didapatkan secara gratis di fasilitas pelayanan kesehaan terdekat seperti Posyandu, Pukesmas maupun rumah sakit,” jelas Fikri.

Fikri mengatakan jenis vaksin yang digunakan pada PIN Polio di 33 provinsi, yaitu vaksin novel Oral Polio Vaccine type 2 (nOPV2). Vaksin tersebut juga telah digunakan pada kegiatan sebelumnya di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur serta Kabupaten Sleman DIY.

Khusus 6 provinsi, yaitu Papua, Papua Tengah, Papua Selatan, Papua Pegunungan, Papua Barat dan Papua Barat Daya, jenis vaksin yang akan digunakan adalah nOPV2 dan vaksin bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV). Vaksin nOPV2 merupakan vaksin yang hanya digunakan dalam program imunisasi respons terhadap KLB Polio tipe II dan tidak digunakan dalam imunisasi rutin.

Untuk menghindari penularan virus polio, masyarakat terutama anak-anak diimbau untuk tidak buang air besar sembarangan. Kemudian selalu untuk cuci tangan dengan sabun, serta segera laporkan kepada petugas kesehatan jika mendapatkan kasus lumpuh layu pada anak di bawah usia 15 tahun.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni
Muhammad Nasir
Linggauni
EditorLinggauni
Follow Us