Air Bendungan di NTB Menyusut, Produksi Padi Capai 1,382 Juta Ton

Mataram, IDN Times - Setiap musim kemarau, debit air bendungan di Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami penyusutan. Kondisi ini juga diperparah banyaknya bendungan yang mengalami sedimentasi akibat aktivitas ilegal logging dan perambahan hutan di daerah hulu.
Meskipun terjadi penyusutan air bendungan, Pemprov NTB mengatakan tak mengganggu produksi padi. Tahun 2023, Pemprov NTB menargetkan produksi padi mencapai 1,32 juta ton gabah kering giling (GKG). Berdasarkan angka sementara, jumlah produksi padi di NTB sampai Oktober 2023 diperkirakan mencapai 1,382 juta GKG.
1. Bendungan besar di NTB
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) NTB Mohammad Rum mengatakan debit air bendungan memang mengalami penyusutan pada setiap musim kemarau. Dampaknya, cakupan air irigasi untuk pesawahan menjadi berkurang.
"Hampir rata-rata bendungan mengalami penyusutan debit air. Akibat sedimentasi yang sangat tinggi karena ada pengrusakan lahan hutan di daerah hulu. Ini akibat ilegal logging dan perambahan hutan," kata Rum dikonfirmasi IDN Times di Mataram, Jumat (15/9/2023).
Di masa pemerintahan Presiden Joko 'Jokowi' Widodo, ada 6 bendungan besar yang dibangun di NTB. Sebanyak 4 bendungan telah tuntas dibangun sampai 2022 lalu, sedangkan 2 bendungan besar masih dalam proses pembangunan.
Empat bendungan besar yang sudah tuntas dibangun yaitu Bendungan Tanju dan Bendungan Mila di Kabupaten Dompu, Bendungan Beringin Sila di Kabupaten Sumbawa dan Bendungan Bintang Bano di Kabupaten Sumbawa Barat. Sedangkan dua bendungan yang masih dalam proses pembangunan yaitu Bendungan Tiu Suntuk di Kabupaten Sumbawa Barat dan Bendungan Meninting di Kabupaten Lombok Barat.
Selain itu, ada sejumlah bendungan besar di NTB. Antara lain Bendungan Batujai Lombok Tengah, Bendungan Pandanduri Lombok Timur, Bendungan Batubulan Sumbawa dan Bendungan Pelaperado Bima.
Baca Juga: Dinas ESDM NTB Dipanggil Kejaksaan Soal DBH Perusahaan Tambang
2. Cakupan air irigasi berkurang
Meskipun terjadi penyusutan debit air bendungan-bendungan besar di NTB, namun masih ada yang bisa dimanfaatkan untuk air irigasi. Penyusutan debit air bendungan berdampak terhadap berkurangnya cakupan air irigasi dibandingkan sebelum musim kemarau.
Demi mengoptimalkan sisa air bendungan, pihaknya didukung melalui dana alokasi khusus (DAK) melakukan perbaikan daerah irigasi.
"Dengan irigasi yang bagus, ada kekurangan air bisa diselamatkan, air irigasi bisa dioptimalkan. Kalau irigasinya gak bagus, banyak air yang hilang di jalan," ucap Rum.
Mantan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB ini, penyusutan debit air bendungan belum berdampak signifikan terhadap air irigasi. Namun yang menjadi persoalan, banyak masyarakat yang mengalami krisis air bersih pada setiap musim kemarau.
"Persoalan kita adalah air yang digunakan untuk menjadi air minum yang kurang. Angka cakupan air bersih gak sampai 80 persen. Artinya, 20 persen rumah tangga yang belum tersambung air bersih di NTB," sebut Rum.
3. Produksi padi NTB mencapai 1,382 juta ton GKG
Terpisah, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda NTB Fathul Gani menyatakan produksi padi di NTB tidak terdampak el nino. Ia menyebutkan target produksi padi di NTB pada 2023 sebanyak 1,32 juta ton GKG. Sampai bulan Oktober mendatang, produksi padi di NTB diperkirakan mencapai 1,382 juta ton GKG.
Jumlah produksi gabah sebanyak 1,382 juta ton setara dengan beras sebanyak 890 ribu sampai 900 ribu ton. Sementara, kebutuhan beras di NTB berkisar antara 538 ribu ton sampai 550 ribu ton dalam setahun.
Mantan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) NTB ini mengatakan bahwa ada surplus beras sebanyak 300 ribu ton setiap tahun. Tetapi, kata Fathul, persoalan yang dihadapi banyak gabah produksi petani NTB yang dibawa keluar daerah seperti ke Pulau Jawa.
Terkadang harga beras di NTB mahal seperti saat ini. Untuk itu, Gubernur NTB telah mengeluarkan Pergub mengenai pengendalian gabah keluar NTB.
"Kita akan buat posko penjagaan di Pelabuhan Lembar Lombok Barat," ucap Fathul.
Baca Juga: Apatis Politik, ini Strategi Caleg Muda NTB Gaet Milenial dan Gen Z