Jemaah haji NTB di Arab Saudi. (dok. PPIH Embarkasi Lombok)
Nursalim menambahkan bahwa sebagian jemaah haji terpaksa berjalan kaki atau menggunakan taksi karena bus salawat, yang biasanya digunakan sebagai transportasi ke Masjidil Haram, belum beroperasi.
"Situasi ini sangat mengkhawatirkan bagi jemaah haji, terutama para lansia dan mereka yang masih belum familiar dengan rute dari hotel pemondokan ke Masjidil Haram yang jaraknya sekitar 3 kilometer," ungkap Nursalim.
"Oleh karena itu, ke depannya, penyelenggaraan ibadah haji harus menjadi catatan penting dan perhatian pemerintah. Kami juga membutuhkan ketua kloter yang lebih memahami kondisi lapangan dan kebutuhan jemaah, serta memahami tugasnya dengan baik karena hal ini akan sangat membantu mengatasi masalah di lapangan," tambahnya.
Nursalim juga menyampaikan terima kasih kepada petugas kesehatan yang telah memberikan pelayanan dan menangani masalah kesehatan jemaah dengan baik. Namun, ia menyoroti perlunya peningkatan stok obat-obatan untuk penyakit umum seperti batuk dan flu yang sering dialami jemaah di Tanah Suci.
Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Lombok mencatat bahwa 16 jemaah haji asal NTB sedang dirawat di Arab Saudi, sementara 64 jemaah haji NTB mendapat bantuan dalam pelaksanaan lontar jumrah.
Ketua Tim Bina Haji Reguler dan Advokasi Haji Bidang PHU Kanwil Kemenag NTB, Syukri Safwan, menjelaskan bahwa sebagian besar jemaah haji NTB dalam kondisi sehat di Arab Saudi, meskipun ada beberapa yang sedang dalam perawatan.
Hingga saat ini, dua jemaah haji asal NTB dilaporkan meninggal dunia di Arab Saudi, yaitu Sakmah dari kloter 4 Lombok Timur dan Rumini Muhammad dari kloter 11 Lombok Tengah.
Pada tahun 2024, jumlah calon jemaah haji NTB mencapai 4.786 orang dengan jumlah petugas haji sebanyak 62 orang, sehingga total jemaah haji yang berangkat adalah 4.848 orang yang terbagi dalam 13 kloter. Kepulangan jemaah haji NTB dijadwalkan antara tanggal 22 Juni hingga 9 Juli 2024.