Foto Sultan Muhammad Salahuddin bersama warga Bima tempo dulu (Dok/Istimewa)
Sejarawan dan Budayawan Bima, Dewi Ratna Muchlisa mengatakan, berkat kemuliaan akhlak dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, akhirnya pada 2 November 1899, Muhammad Salahuddin diangkat menjadi “jena teke”(Putera Mahkota) oleh majelis Adat. Untuk menimba pengalaman dalam menjalankan roda pemerintahan, pada 23 maret 1908 dia diangkat menjadi Jeneli Donggo (jabatan setingkat camat).
Setelah ayahnya Sultan Ibrahim mangkat pada tahun 1915, Muhammad Salahuddin memegang kendali pemerintahan, kemudian pada tahun 1917 secara resmi dilantik menjadi Sultan Bima XIV yang memerintah dari tahun 1915-1951 M.
Di samping sebagai Sultan, pada 1949 dia diangkat menjadi pemimpin Dewan Raja-Raja se-Pulau Sumbawa atas persetujuan sultan Dompu dan Sultan Sumbawa. Dalam bidang organisasi pergerakan, sultan Muhammad Salahuddin menjadi perintis, pelindung dan ketua berbagai organisasi yang bergerak di bidang agama, sosial dan politik.
Pada tahun 1921, Muhammad Salahuddin mulai mencanangkan sistim pendidikan moderen dengan mendirikan HIS di kota Raba. Kemudian pada tahun 1922, mendirikan sekolah kejuruan wanita di Raba. Untuk memimpin sekolah itu, sultan Muhammad Salahuddin mendatangkan seorang keturunan Indonesia yang berjiwa nasionalis dari sulawesi selatan bernama SBS Yulianche.
Pembangunan gedung sekolah bukan hanya di Kota, tetapi juga tersebar di seluruh kecamatan. Para siswa yang berprestasi diberikan beasiswa untuk melanjutkan sekolah keluar daerah seperti Makassar, Jawa bahkan dikirim hingga timur tengah.
Pelajar yang diberi beasiswa benar-benar berdasarkan prestasi dengan tidak mempertimbangkan status sosial dan jenis kelamin.
"Setelah kembali ke Bima, mereka tampil sebagai pemimpin dan tokoh perjuangan pada masa revolusi kemerdekaan," kata Dewi yang merupakan Kepala Museum Samparaja ini saat dikonfirmasi, Senin (10/11/2025).
Tidak hanya itu, Sultan Muhammad Salahuddin juga mampu menanamkan kesadaran hidup berbangsa dan bernegara, melalui organisasi pergerakan modern. Beragam organisasi pergerakan yang lahir pada masa pemerintahannya selalu mendapat dukungan.
Melalui organisasi pergerakan, pemuda pelajar tampil sebagai sosok pejuang yang berani melawan penjajah. Para tokoh pemuda pelajar memiliki wawasan persatuan dan kesatuan yang luas, tanpa dibatasi oleh bingkai suku dan agama. Mereka bersatu padu dengan pejuang dari suku-suku lain.
Peranan Sultan Muhammad Salahuddin yang tidak kalah pentingnya ialah di bidang politik. Ia telah berhasil mewujudkan cita-citanya mempertahankan keutuhan negara kesatuan RI. Dorongan semangat nasionalisme yang tumbuh dalam jiwa Sultan bersama rakyat, tergambar secara utuh melahirkan keberanian menghadapi penjajah Belanda, Jepang dan NICA.