Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Mengenal Qori Bayyinaturrosy, Pegiat Wisata dan Lingkungan Asal Lombok

Qori Bayyinaturrosy bersama komunitas Sunrise Land Lombok. (Dok. Qori Bayyinaturrosy)

Lombok Timur, IDN Times - Qori Bayyinaturrosy merupakan salah satu pegiat pariwisata dan lingkungan di Lombok Timur (Lotim). Qori yang lahir tahun 1990 di Dusun Montong Meong Desa Labuhan Haji ini merupakan anak muda yang aktif di lingkungannya.

Qori merupakan lulusan Magister Kajian Pariwisata di Universitas Gadjah Mada tahun 2017-2022. Sementara pendidikan strata-1 di Universitas Pendidikan Ganesa dengan jurusan Pendidikan Sejarah pada tahun 2009-2016.

Di dunia ilmiah, Qori telah menulis dua buku berjudul Pengembangan Pariwisata Berbasis Ekonomi Digital di Daerah Tertinggal dan buku lainnya berjudul Model Pengembangan Prudes Berbasis Pariwisata. Selain itu, selama kurun waktu 2019-2021, ia juga aktif terlibat dalam penelitian dan edukasi tentang pariwisata berbasis lingkungan. 

Berbekal ilmu dan pengalaman yang di peroleh di kampus, Qori kemudian pulang ke kampung halaman dengan cita-cita membangun pariwisata kampung halamannya sendiri. Ia menemukan banyak persoalan pariwisata di kampung halamannya, terutama terkait persoalan lingkungan dan sampah yang mengotori Pantai Labuhan Haji.

Setiap tahun sejak 2021, Qori dan teman-temannya rutin menanam seribu pohon dan konservasi penyu. Selain itu, ia juga rutin melakukan clean up atau bersih-bersih sampah di Pantai Labuhan Haji. Sampah-sampah itu merupakan sampah kiriman yang datang entah dari mana. Ia juga kerap melakukan sosialisasi kepada warga setempat untuk menjaga lingkungan dan tidak membuang sampah ke sungai atau ke laut.

1. Membentuk Sunrise Land Lombok

Pantai Sunrise Land Lombok (IDN Times/Istimewa)

Langkah awal yang dilakukan untuk membangun pariwisata Labuhan Haji yaitu melakukan branding ulang nama Pantai Labuhan Haji. Ia memberi julukan baru, yaitu Sunrise Land Lombok (SLL). Itu pula yang menjadi nama perhimpunan anak-anak muda di lingkungan setempat.

Bersama para pemuda Labuhan Haji, Qori membuat konsep pembangunan pariwisata yang dikembangkan. Pengembangan kepariwisataan berbasis masyarakat, konservasi, edukasi, digitalisasi, dan berdampak ekonomi.

"Di Sunrise Land Lombok, kami sudah bisa memberdayakan lebih dari 20 anak muda menjadi pengelola wisata dan ratusan masyarakat yang bisa terlibat menjalankan ragam usaha mikro. Selain itu, sudah ada puluhan sarjana yang lahir berkat melakukan riset di Sunrise Land Lombok," ungkap Qori, di Lombok Timur, Minggu (5/1/2025).

Selama 5 tahun menjadi pegiat wisata, ia bersama rekan-rekannya intens melakukan pengembangan kepariwisataan, khususunya di Sunrise Land Lombok. Tidak hanya di Sunrise Land Lombok saja, ia juga melakukan pendampingan dan pengembangan kepariwisataan di Desa Dua Gili yang ada di Sugian dan Desa Aik Anyar Sukamulia, Lombok Timur.

"Kita melakukan konservasi penyu, karena dulu kawasan pantai ini merupakan rumahnya penyu," ujar Qori.

2. Jadikan pariwisata untuk menyelesaikan persoalan sosial

Kegiatan literasi yang dilakukan di Pantai Sunrise Land Lombok (IDN Times/Istimewa)

Pada dasarnya, dirinya menjadikan pariwisata sebagai katalisator atau alat untuk menjangkau aspek-aspek masalah lainnya, seperti literasi dan lingkungan. Pada Sunrise Land Lombok, pihaknya selalu berupaya melakukan berbagai kampanye dan kegiatan untuk menanggulangi masakah literasi dan lingkungan. Misalnya seperti menyediakan buku-buku bacaan berkualitas, mengadakan kegiatan-kegiatan diskusi dan bedah buku, pelatihan menulis jurnalistik, bersih-bersih pantai hingga penanaman pohon. 

"Bahkan sering kali kami berkolaborasi dengan dunia jurnalistik untuk mengadakan kegiatan-kegiatan edukatif, seperti Pojok Jurnalistik dan lain sebagainya," katanya.

Dalam aspek lingkungan, dirinya sangat fokus dalam upaya menanggulangi masalah sampah plastik, abrasi, dan konservasi penyu. Setiap hari, ia bergulat dengan sampah plastik, melakukan clean up pantai dan kampanye mengenai betapa pentingnya agar tidak membuang sampah sembarangan.

Setiap tahun, pihaknya selalu mengadakan program penanaman seribu pohon. Mulai dari menanam seribu pohon Tabebuya 2022, hingga pada tahun 2024 menanam seribu pohon Bbkau untuk menanggulangi bencana abrasi di kawasan pesisir Labuhan Haji. 

Rusaknya ekosistem di kawasan pesisir juga membawanya fokus melakukan konservasi penyu. Sejak 2021 kami sudah berhasil melakukan pelepasliaran lebih dari 500 ekor tukik (anak penyu).

"Biaya kegiatan literasi, penanggulangan abrasi, hingga konservasi penyu, semuanya kami lakukan secara mandiri dan organik," terangnya. 

3. Bercita-cita jadikan alam semakin lestari

Kegiatan tanam pohon bakau di Pantai Sunrise Land Lombok (IDN Times/Istimewa)

Sejak kecil, Qori selalu resah dan sedih saat melihat adanya kemiskinan, kerusakan lingkungan, dan ketidakadilan akibat ketimpangan, ketidakpedulian dan tata kelola struktural dan kultural yang keliru. Dari sana, ia bercita-cita bagaimana caranya agar alam tetap lestari, budaya tetap kokoh, dan masyarakat mendapat kebermanfaatan positif dalam pembangunan.

"Meminjam pepatah Sasak yaitu Aik Meneng, Tunjung Tilah, Empaq Bau. Saat ini cita-cita itu saya upayakan menggunakan alat bernama pariwisata yang saya rasa bisa memberi efek domino untuk mencapai cita-cita itu," imbuhnya.

4. Sering dipandang sebelah mata

Kegiatan literasi di pantai Sunrise Land Lombok (IDN Times/Istimewa)

Dalam upaya menjalankan cita-citanya ini, perjalannaya tidak selalu mulus. Qori membutuhkan perjuangan yang cukup berat.

Dalam perjuangannya ini, ia sering dipandang sebelah mata oleh beberapa pihak, bahkan oleh orang-orang terdekat. Bahkan tidak jarang juga mendapat gangguan dari oknum-oknum yang tidak menyukai aktivitas Qori dan teman-temannya.

"Saya berharap, khususunya di Kabupaten Lombok Timur, bisa terjalin kolaborasi antarpihak demi mewujudkan kemaslahatan bagi masyarakat dan alam. Sudah saatnya kita melakukan aktivitas-aktivitas yang visioner untuk mencapai dan melahirkan generasi-generasi yang Patuh Karya dalam pengembangan dan pembangunan peradaban berbasis lingkungan yang sehat dan bersih," tutupnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Linggauni
Ruhaili
Linggauni
EditorLinggauni
Ruhaili
EditorRuhaili
Follow Us