Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kondisi Teluk Bima yang diduga tercemar limbah pada 26 April 2022. (IDN Times/Screenshoot video @mbojoinside)

Bima, IDN Times- Pemerintah Kota Bima melakukan pemantauan lapangan terkait gumpalan atau limbah berwarna cokelat di Teluk Bima. Kabag Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Kabupaten Bima Suryadin dalam keterangan tertulisnya, Rabu (27/4/2022) mengatakan gumpalan yang terjadi di Teluk Bima bukan tumpahan minyak.

Hal ini berdasarkan hasil pantauan Tim Bidang Perhutanan Rakyat, Pencemaran dan Pengendalian Lingkungan Hidup yang dipimpin Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) Kabupaten Bima, Jaidun, Rabu (27/4/2022) sekitar pukul 09.00 WITA.

1. Fenomena sea snot

ilustrasi ganggang kuning-hijau (Encyclopaedia Britannica/Robert W. Hoshaw)

Suryadin mengatakan dugaan sementara berasal dari lumut atau ganggang laut . Untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi dan penyebab berkaitan dengan fenomena tersebut, Dinas LH Kabupaten Bima telah mengambil sampel air laut dan gumpalan tersebut untuk dianalisa lebih lanjut di laboratorium.

Namun untuk kesimpulan apa penyebab pasti dari fenomena tersebut baru bisa diketahui secara pasti setelah ada hasil dari laboratorium. Dari pengamatan sementara Tim Dinas LH Kabupaten Bima, fenomena yang sekarang terjadi di Teluk Bima lebih menjurus ke "Sea Snot".

Suatu lendir laut atau ingus laut adalah sekumpulan organisme mirip mukus yang ditemukan di laut. Sifatnya yang mirip gelatin dan krim, umumnya tak berbahaya, namun dapat mengandung virus dan bakteria, termasuk E. coli.

2. Lendir laut muncul akibat pemanasan global

Editorial Team

Tonton lebih seru di