ilustrasi sedang depresi (freepik.com/freepik)
Ahmad Tantowi, salah seorang pekerja di Kota Mataram mengaku pernah mengalami depresi karena persoalan keluarga. Ibunya meninggal dunia dan bapaknya menikah lagi. Dia menceritakan lari dari rumah dan pada saat itu baru kuliah pada semester 2 pada salah satu perguruan tinggi di Kota Mataram.
"Karena tidak ada teman curhat dan saya tipikal orang yang jarang keluar rumah. Sempat mau berhenti kuliah. Cuma posisi seperti itu saya melakukan hal-hal yang belum pernah saya lakukan," katanya.
Dalam posisi seperti itu, kata dia, memang tidak bisa didiamkan karena bisa mengarah pada bunuh diri. Untungnya, pada saat itu dia ikut organisasi luar kampus.
"Di sana diajarkan bagaimana konseling. Ternyata memang kegiatan seperti itu bisa mengalihkan pikiran, keluar dari depresi. Untungnya saya lebih cepat menemukan ruang-ruang seperti itu. Mungkin kalau tidak, bisa saja hal yang lebih parah terjadi," tuturnya.
Terkait adanya layanan psikolog klinis di beberapa rumah sakit di Kota Mataram, dia mengaku tidak mengetahui ada layanan konsultasi seperti itu. Dia mengatakan informasi layanan psikolog klinis jarang diketahui oleh mahasiswa.
"Masyarakat belum banyak tahu ada tempat konseling. Karena depresi ini kadang orang tidak sadar, tidak mengetahui gejalanya seperti apa. Setiap hari kita depresi cuma mengalihkan pikiran kita ke yang lain. Kadang karena tekanan pekerjaan dan ekonomi," terangnya.
Menurutnya, layanan konseling di perguruan tinggi dan tempat kerja sangat penting. Apalagi bagi para pekerja, layanan konseling di perusahaan sangat dibutuhkan.
"Kadang atasan tak memahami pekerjanya, karena mengejar target-target. Apalagi yang sudah menikah, punya keluarga. Sangat dibutuhkan sekali layanan konseling di tempat kerja," ujarnya.