Mataram, IDN Times - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) NTB menyoroti perlunya penghentian privatisasi air, konservasi ekosistem, dan penyelesaian konflik kepentingan antara pemerintah dan masyarakat.
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali diharapkan menjadi momentum untuk mengadvokasi kebijakan yang lebih inklusif dan berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya air.
Pengelolaan sumber daya air seharusnya mengedepankan kepentingan masyarakat dan kelestarian lingkungan daripada komersialisasi dan pembangunan eksploitatif.
Direktur Eksekutif Walhi NTB Amry Nuryadin mengatakan pengelolaan sumber daya air di NTB menghadapi tantangan serius. Akibat kerusakan ekosistem, aktivitas pertambangan, dan urbanisasi yang menyebabkan penurunan debit air serta konflik dengan masyarakat lokal, seperti kasus proyek SPAM di Lombok Timur.
Pengelolaan sumber daya air di NTB menjadi tantangan besar. Beberapa faktor yang mempengaruhi ini antara lain kerusakan ekosistem hutan dan daerah aliran sungai (DAS), penurunan debit air, dan peningkatan kepadatan penduduk akibat urbanisasi.
"Selain itu, aktivitas pertambangan dan perubahan musim juga berdampak pada ketersediaan air bersih," kata Amry di Mataram, Kamis (23/5/2024).