Proses pencarian dan penyelamatan pendaki Brasil yang jatuh di jalur puncak Gunung Rinjani. (dok. SAR Mataram)
Syafii menjelaskan kronologi awal pendaki Brasil jatuh dari tebing dan kenapa Basarnas menerima informasi pada Sabtu (21/6/2025) pukul 09.40 WITA. Karena lokasi jatuhnya korban menuju pos pendakian Sembalun memakan waktu kira-kira lebih dari 8 jam. Sehingga pada saat korban dinyatakan hilang, salah satu dari rombongan pendaki kembali ke Pos Sembalun untuk melaporkan kejadian tersebut.
Sehingga informasi baru diterima pukul 09.40 WITA. Pada saat itu, salah satu rombongan atas nama Mustiadi yang melaporkan telah terjadi kondisi membahayakan manusia terhadap satu orang warga Brasil yang terjatuh di jalur pendakian Gunung Rinjani Lombok Timur. Dengan kronologi kejadian pada pukul 04.00 WITA pada saat melaksanakan summit menuju puncak Gunung Rinjani.
Korban diperkirakan terjatuh dari tebing ke arah Danau Segara Anak dengan perkiraan awal kedalaman 150-200 meter. Korban atas nama Juliana (27), melakukan pendakian melalui pintu Sembalun pada Jumat, 20 Juni 2025 bersama dengan lima orang lainnya dengan kewarganegaraan berbeda.
Tindakan yang diambil pada Sabtu (21/6/2025), pukul 10.21 WITA, Tim SAR gabungan pertama diberangkatkan menuju Last Known Position (LKP) atau posisi terakhir yang diketahui dengan peralatan vertical rescue dengan jumlah personil 5 orang. Kemudian pukul 10.30 WITA, berangkat Tim SAR gabungan kedua, menuju LKP dengan jumlah personel 9 orang. Tim ketiga diberangkatkan menuju LKP dengan jumlah 5 orang, pada pukul 12.30 WITA.
Sehingga tahap awal yang diberangkatkan tiga Tim SAR gabungan menuju ke LKP. Kemudian Tim SAR gabungan keempat berjumlah 10 orang dan 4 porter menuju LKP pukul 19.38 WITA, melaksanakan droping peralatan dan logistik. Pukul 19.50 WITA, Tim SAR gabungan pertama dan kedua tiba di LKP langsung melaksanakan pencarian.
Begitu informasi diterima, Tim SAR gabungan yang sudah standby langsung diberangkatkan. Dari kantor menuju pos pertama memakan waktu 2-3 jam. Kemudian dari Pos Sembalun menuju LKP diperkirakan 8 jam. Sehingga dari informasi yang diterima kemudian Tim SAR gabungan menuju lokasi pukul 19.50 WITA. Selanjutnya, pukul 20.00 WITA, Tim SAR gabungan melaksanakan observasi karena pada saat itu ada tanda-tanda melihat adanya senter yang masih menyala.
Dari situ, Tim SAR gabungan diturunkan dan juga menggunakan drone thermal untuk mendeteksi posisi korban. Pada pukul 22.05 WITA, Tim SAR gabungan ketiga tiba di lokasi dan bergabung dalam proses observasi. Kemudian dari proses yang dilaksanakan mulai pukul sampai 22.05 WITA, Tim SAR gabungan dan juga drone thermal yang dioperasikan mendeteksi korban belum mendapatkan hasil.
Pada saat itu, kata dia, karena kondisi cuaca dan malam hari, tidak memungkinkan untuk dilanjutkan proses pencarian. Dia mengatakan kondisi medan berupa tebing dan peralatan yang digunakan dihadapkan dengan kondisi cuaca tidak memungkinkan untuk dilanjutkan observasi. Sehingga Tim SAR yang turun melaksanakan observasi dan drone ditarik lagi ke atas serta mereka langsung bermalam di lokasi tersebut.