Foto pohon tumbang menimpa rumah warga Bima usai diterpa angin puting beliung (Dok/BPBD Bima)
Aprilia menjelaskan karakteristik hujan pada periode ini cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang. Apabila kondisi atmosfer menjadi labil atau tidak stabil maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkat.
Pada periode pancaroba, potensi terjadinya angin puting beliung cukup tinggi. Selain itu, curah hujan yang lebat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang dan tanah longsor.
Potensi terjadinya sambaran petir juga cukup tinggi di wilayah NTB. Untuk itu, masyarakat diminta saat beraktivitas di luar ruangan terbuka untuk segera masuk ke dalam ruangan, yang tinggal di daerah perbukitan yang rawan longsor diimbau untuk waspada dan berhati-hati.
"Potensi terjadi cuaca ekstrem akan meningkat ketika didukung dengan aktifnya beberapa fenomena atmosfer yang terjadi di wilayah NTB seperti adanya belokan atau konvergensi, aktifnya Madden Jullian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin, Gelombang Rossby, dan kondisi labilitas udara yang cukup kuat," terangnya.
BMKG mengimbau masyarakat NTB untuk senantiasa menjaga kesehatan dalam menghadapi kondisi cuaca yang cepat berubah setiap harinya akibat pancaroba. Cuaca panas dan hujan dapat terjadi silih berganti dengan cepat sehingga dapat memicu gangguan daya tahan tubuh.
Selain itu, masyarakat diharapkan dapat menyesuaikan aktivitas di luar ruangan termasuk dengan menggunakan perangkat pelindung diri dari terik matahari atau hujan seperti payung, topi, atau jas hujan.