Kisah Petugas KPPS di Bima, Ada yang Kapok karena Gak Kuat Lembur

Bima, IDN Times - Situasi pemilihan umum (pemilu) tahun 2024 membuat anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bekerja lembur. Mereka bekerja dari pagi hingga ketemu pagi lagi. Ada yang merasa senang, ada juga yang justru merasa kapok.
Pantauan langsung IDN Times khusus di TPS 05 Desa Wadukopa Kecamatan Soromandi. Tujuh anggota KPPS terlihat berjibaku dengan tugas pokoknya masing-masing. Mulai dari memanggil pemilih sesuai dengan nomor urut kedatangan yang dituliskan pada Model C6. Kemudian mereka juga harus memisahkan model C6 berdasarkan jenis kelamin dan menandatangani surat suara.
Selanjutnya memberikan 5 jenis surat suara kepada pemilih hingga membantu memasukkan surat suara yang dicoblos dari lansia ke kotak surat suara. Setelah itu mereka harus melakukan penghitungan surat suara.
1. Bekerja lembur
Edo Wardo Saputra, anggota KPPS 05 mengaku menjadi anggota KPPS adalah pekerjaan yang menyenangkan dan membanggakan. Karena bisa jadi bagian penyelenggara pemilu dalam melahirkan perwakilan rakyat dan pemimpin tertinggi di Indonesia.
"Menyenangkan sih, meskipun banyak lelahnya, karena bisa jadi bagian ikut serta sebagai penyelenggara pemilu," katanya pada IDN Times Minggu sore (18/2/2024).
Menurut Edo, menjadi anggota KPPS dibutuhkan tenaga ekstra dan harus ditopang imun tubuh yang kuat. Hal ini bukan tanpa sebab, karena pekerjaan KPPS lembur dari pagi hingga ketemu pagi pada hari berikutnya.
"Kita bekerja dan standby menjaga kotak suara di TPS itu cukup lama. Kalau dikalkulasikan hampir 40 jam hingga kotak suara diserahkan ke Panitia Pemungutan Suara (PPS)," jelas pria yang bekerja sebagai tenaga kesehatan di Puskesmas Soromandi ini.