Kepala BPS NTB Wahyudin. (IDN Times/Muhammad Nasir)
Wahyudin mengatakan ketiga dimensi pembentuk IKG secara umum mengalami perbaikan. Dimensi kesehatan reproduksi membaik, risiko perempuan dalam kesehatan reproduksi semakin menurun. Sementara, dimensi pemberdayaan dan dimensi pasar tenaga kerja semakin setara.
Dimensi kesehatan reproduksi perempuan dibentuk dari 2 indikator, yaitu proporsi perempuan pernah kawin usia 15-49 tahun yang melahirkan hidup tidak di fasilitas kesehatan (MTF) dan proporsi perempuan pernah kawin usia 15-49 tahun yang saat melahirkan hidup pertama berusia < 20 tahun (MHPK20).
Pada tahun 2018, angka MTF sebesar 0,351, kemudian secara berturut-turut turun hingga menjadi 0,300 pada tahun 2021, dan mengalami kenaikan pada tahun 2022 menjadi 0,305. Ia mengungkapkan indikator MHPK20 selama tahun 2018-2022 cenderung berfluktuasi.
"Pada tahun 2018 MHPK20 sebesar 0,285, kemudian tahun 2019 meningkat menjadi 0,334. Pada dua tahun berikutnya menurun menjadi 0,311 dan 0,308, sampai dengan tahun 2022 menjadi 0,304," teangnya.
Kemudian, dimensi pemberdayaan dibentuk oleh 2 indikator, yaitu persentase anggota legislatif dan persentase perempuan 25 tahun ke atas yang berpendidikan SMA ke atas. Selama periode 2018-2022, persentase perempuan anggota legislatif cenderung tetap.
"Namun sejak tahun 2019 terus mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini merepresentasikan peran perempuan dan laki-laki dalam pengambilan keputusan masih belum setara," ucapnya.
Wahyudin menambahkan persentase penduduk usia 25 tahun ke atas berpendidikan SMA ke atas selama kurun waktu 2018 sampai dengan 2022 mengalami fluktuasi, baik laki-laki maupun perempuan. Persentase penduduk laki-laki pada tahun 2018 sebesar 35,61 persen meningkat pada tahun 2019 menjadi 38,40 persen.
Namun mengalami penurunan dari tahun 2021 dan 2022 yaitu menjadi 38,17 persen dan 36,78 persen. Sementara persentase penduduk perempuan meningkat dari 24,37 persen pada tahun 2018 menjadi 29,68 persen pada tahun 2022 atau meningkat 5,31 persen.
"Peningkatan pendidikan perempuan yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki membuat tingkat pendidikan antara perempuan dan laki-laki menjadi lebih setara," tuturnya.