Yaswardi selaku Widyaprada Ahli Utama Kemendikdasmen RI. (IDN Times/Putra Bali Mula)
Yaswardi selaku Widyaprada Ahli Utama Kemendikdasmen RI juga mempaparkan data tersebut dalam workshop pendidikan di Kupang. Ia saat itu mewakili Direktur Pendidikan Sekolah Menengah Atas.
Angka ATS terutama pada jenjang pendidikan menengah atas, papar Yaswardi, mencapai 2,4 juta anak dari total 3 juta ATS di semua jenjang pendidikan di Indonesia.
"Ini sebesar 70 persen dari total populasi ATS pada 2024 berdasarkan data BPS," saat membuka kegiatan itu di Hotel Aston Kupang.
Penyebab utamanya ATS ialah keterbatasan ekonomi, hambatan geografis, kondisi sosial dan budaya, serta anak-anak yang terpaksa bekerja demi membantu perekonomian keluarga.
Untuk Provinsi NTT per 2024, angka partisipasi kasar (APK) di tingkat SMA atau sederajat sebesar 100,51 persen. Memang relatif tinggi, kata dia, namun tak seimbang dengan angka partisipasi murni (APM) yang masih 70 persen.
"Artinya ada disparitas atau kesenjangan cukup besar antara anak yang mengakses pendidikan dan yang benar-benar dalam usia sekolah yang sesuai," tukasnya.
Ia pun menyayangkan angka anak tidak sekolah di NTT yang terbilang signifikan karena dari rata-rata lama sekolah saja hanya sekitar 8,2 tahun.
"Berarti rata-rata di kelas 2 SMP yang mencerminkan tingginya potensi anak untuk masuk kategori rentan putus sekolah," tukasnya lagi.