Penenun di Desa Mantar. (IDN Times/Linggauni)
Desa Mantar memiliki tradisi kain tenun tradisional yang indah dan mencerminkan budaya Tanah Sumbawa. Namun pengetahuan mengenai cara menenun dan motif tenun khas Mantar sudah hampir terlupakan.
Diketahui saat itu hanya tersisa empat orang sesepuh di Desa Mantar yang dapat mengoperasikan gedogan dengan kemampuan sangat dasar, dan motif tenun yang ada tidak tercatat dengan baik sehingga tidak dapat direplikasi oleh generasi berikutnya.
Dalam pelaksanaannya, komunitas kelompok tenun berhasil dibentuk yang terdiri dari perempuan muda Desa Mantar sebagai generasi penerus. Awalnya, kelompok ini hanya terdiri dari sembilan orang, dan berkembang menjadi 16 orang penenun muda.
Saat ini, mereka dapat saling bekerja sama dalam kegiatan menenun, di mana sebelumnya kegiatan menenun dilakukan secara individual. Pengembangan kelompok tenun juga dilakukan dengan pendekatan partisipatif, baik dalam menentukan identitas, bentuk dan struktur organisasi/pembagian tugas, peran tanggung jawab.
Seiring waktu berjalan, program Mantar Berseri telah menampakkan keberhasilannya. Kelompok tenun telah berhasil membuat desain dan menyusun database motif yang tercatat secara digital. Berkat pelatihan manajemen bisnis, kelompok tenun Mantar Berseri kini mampu memproduksi kain tenun menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) dan gedogan, serta berbagai produk turunan seperti outer, tumbler dan gantungan kunci, menciptakan motif tenun baru.
Mereka didampingi untuk secara konsisten mempromosikan produk di media sosial, menjalin hubungan bisnis dengan UMKM lain di KSB hingga mampu meningkatkan omzet hingga Rp120 juta. Saat ini, mereka juga masih berupaya untuk memperluas jangkauan pasar hingga ke luar daerah.