Para balita stunting bersama orang tua mengikuti outing class yang diselenggarakan Rumah Pelita naik bus wisata keliling Kota Semarang, Rabu (6/11/2024). (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)
Sesuai arahan Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal, kata perempuan yang akrab disapa Dinda itu, penanganan stunting membutuhkan gerakan bersama lintas sektor, termasuk dukungan CSR, serta harus terintegrasi dengan program Desa Berdaya.
Sebagai langkah awal, Wagub Dinda meminta percepatan kolaborasi di dua kabupaten yang masih berstatus zona merah stunting. “Data selanjutnya adalah data desa-desa yang sudah dicanangkan pelaksanaan kegiatan di tahun 2025 - 2026,” ujarnya.
Dengan data desa yang terpadu, maka PKK, BKOW, dan organisasi kemasyarakatan lain dapat mengambil peran melalui desa binaan masing-masing. “Sehingga orang-orang berlomba-lomba untuk membantu program tersebut,” kata dia.
Dinda juga menyoroti pernikahan usia dini sebagai salah satu akar persoalan stunting di NTB. Dia mendukung edukasi masif di sekolah dan pondok pesantren. “Kita perhatikan ibu yang menikah muda akan melahirkan anak-anak yang dalam kondisi kurang, karena kurangnya pengetahuan dan ilmu," tandasnya.