Kampung Adat di Sumba Barat Terbakar, 41 Keluarga Kehilangan Rumah

Yohanis menyebut sekitar 78 persen dari area perkampungan itu mengalami kebakaran. Kompleks Kampung Waruwora ini memiliki 36 rumah adat, dengan 26 rumah di antaranya hangus total dan 2 rumah mengalami rusak berat akibat kebakaran sore itu.

Kejadian bermula saat sejumlah warga yang mengambil kayu untuk membuat kandang babi melihat atap di bagian belakang rumah milik Marsel Yeru sudah terbakar. Mereka langsung memanggil pemilik rumah namun tak ada respon. Mereka langsung berupaya memadamkan api secara manual.

"Namun api cepat menyebar karena rumah-rumah ini berbahan alang-alang dan kayu," jelasnya.

Warga juga sempat memanjat atap dan menurunkan alang-alang yang dijalani api tapi kebakaran keburu meluas dalam beberapa menit saja hingga merembet ke rumah lainnya yang berdekatan.

"Material rumah adat yang terbuat dari alang-alang, kayu, dan bambu membuat api cepat menyebar ditambah rumah-rumah saling berdempetan dan bahannya mudah terbakar,” jelas Yohanis lagi.

Petugas gabungan dari masyarakat, aparat desa, pemerintah kecamatan, dan Polsek Lamboya langsung diterjunkan ke lokasi. Dengan bantuan tiga unit mobil tangki air, api akhirnya berhasil dipadamkan sekitar pukul 17.45 WITA.

"Hingga Jumat malam, proses pendinginan masih terus dilakukan untuk mencegah kebakaran susulan," tambahnya.

Tidak ada korban jiwa dalam musibah ini, beber Yohanis, namun kerugian material diperkirakan sangat besar karena mayoritas bangunan yang terbakar merupakan rumah adat berbahan mudah terbakar.

"Total 41 kepala keluarga yang mengalami kerugian dan jadi korban kehilangan dan kerusakan rumah dari peristiwa ini," sebutnya.

Saat ini para korban sangat membutuhkan bantuan darurat berupa sembako, pakaian layak pakai, terpal, serta material bangunan untuk proses pemulihan.

Kampung Waruwora sendiri menyimpan nilai sejarah dan tradisi masyarakat Lamboya, juga salah satu kampung adat tertua dan paling ikonik dengan rumah adat berbentuk menara tinggi. Rumah-rumah ini dihuni secara turun-temurun, termasuk salah satu konsentrasi rumah adat menara tertinggi yang masih asli di Sumba Barat. Kampung adat ini jadi prioritas pelestarian oleh Pemerintah Kabupaten Sumba Barat.