Kisah Santri di Bima, Hafal 30 Juz Alquran Berkat Mondok di Pesantren

Tidak menggunakan HP selama berada di lingkungan pesantren

Bima, IDN Times - Sebagian orang menganggap menempuh pendidikan di pondok seperti mengekang kebebasan. Anggapan ini dinilai lantaran banyak peraturan dibandingkan mengenyam pendidikan di sekolah umum. Kelebihannya, mereka bisa lebih fokus menghafal kitab suci Alquran.

Meski dianggap mengekang kebebasan, namun tidak sedikit di antara santri itu yang merasa bersyukur bisa menempuh pendidikan di pesantren. Pengakuan ini seperti yang diungkap oleh santriwati dari Pondok Pesantren (Ponpes) Darruraihan Sonao Bima.

Di balik batasan itu, mereka bisa lebih fokus untuk belajar ilmu agama dan ilmu umum lainnya. Terbukti, tidak sedikit di antara santri itu yang berhasil menghafal 30 juz Alquran.

1. Banyak waktu untuk menghafal

Kisah Santri di Bima, Hafal 30 Juz Alquran Berkat Mondok di PesantrenIlustrasi Alquran dan Buku Yasin (IDN Times/Besse Fadhilah)

Salah satu santriwati Ponpes Darruraihan Sonao Bima, Dewi Murni (17) mengatakan menempuh pendidikan di pesantren adalah keinginannya sendiri. Itu dilakukan tanpa adanya dorongan dari siapa pun.

"Alhamdulillah, saya masuk pesantren sesuai keinginan sendiri, lalu didukung oleh orang tua," katanya pada IDN Times, Sabtu (21/10/2023).

Dewi mengaku bersyukur bisa mengenyam pendidikan di pesantren meskipun kebebasannya dibatasi. Berkat mondok di pesantren, ia bisa mendalami ilmu agama, mandiri, sederhana dan sampai akhirnya bisa menghafal 30 juz Alquran.

"Itu berkat saya sekolah di pesantren. Mungkin tanpa mondok di sini, saya gak tahu apa-apa," jelas santri kelas 11 itu.

2. Hanya bisa komunikasi dengan orang tua 2 kali sepekan

Kisah Santri di Bima, Hafal 30 Juz Alquran Berkat Mondok di PesantrenFoto Dewi Murni bersama rekannya dan orang tua wali murid (IDN Times/Juliadin)

Selama berada di dalam lingkungan pondok, Dewi mengaku semua hal diatur. Baik saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) maupun ketika beraktivitas di dalam lingkungan pesantren.

Terutama penggunaan handphone di dalam lingkungan pesantren. Jika ditemukan menggunakan HP, para santri akan diberikan hukuman hingga dipulangkan kembali ke orang tuanya.

Selama ini, jika ingin melepas rindu bersama orang tua di kampung, ia bersama santri lain hanya diperbolehkan menggunakan HP milik pondok pada hari Rabu dan Minggu. Itu pun hanya diizinkan komunikasi pada waktu sore hari.

"Kami hanya bisa telponan dengan orang tua dua hari itu menggunakan HPmilik pondok," terang dia.

Baca Juga: Dua Siswa SMP di Bima Diringkus Polisi setelah Perkosa Temannya 

3. Agar anak tidak terjerumus ke pergaulan bebas

Kisah Santri di Bima, Hafal 30 Juz Alquran Berkat Mondok di PesantrenFoto Rusli (kiri), salah satu orang tua wali santri di Ponpes Darruraihan Sonao Bima (IDN Times /Juliadin)

Sementara itu orang tua dari salah satu santri, Rusli (38) mengaku pilihan terbaik baginya menyekolahkan anak di pesantren. Itu dilakukan agar terhindar dari pergaulan bebas.

"Saya gak mau anak saya terjerumus, makanya saya suruh anak masuk pondok," katanya.

Di sisi lain, ia berharap dengan anaknya sekolah di pesantren bisa lebih fokus menghafal Alquran dan mendalami ilmu agama. Sehingga nantinya bisa menjadi pendakwah yang dapat menyebarkan ajaran agama Islam.

"Tujuan kami sebagai orang tua hanya itu, gak ada harapan lain," bebernya.

Kemudian disinggung soal biaya pendidikan di pondok setempat, Rusli mengaku setiap bulan rutin membayar Rp700 ribu. Uang ratusan ribu itu untuk biaya makan dan minum anaknya dan sebagian dimasukkan sebagai infak.

"Anak saya dua orang yang mondok di sini, jadi bayarnya Rp700 ribu setiap bulan," terang dia.

Rusli berharap, pondok Pesantren yang dipimpin oleh Ustaz Farhan Bil Islam itu terus berkembang. Terutama fasilitas pesantren dapat ditingkatkan, sehingga santri bisa merasa nyaman selama KBM berlangsung.

"Termasuk sebagai pemantik wali murid di luar sana, agar mau masukan anaknya di pondok sini," pungkas dia.

4. Santri diwajibkan menggunakan bahasa Arab di pesantren

Kisah Santri di Bima, Hafal 30 Juz Alquran Berkat Mondok di PesantrenFoto pimpinan Ponpes Darruraihan Sonao Bima, Ustadz Farhan Bil Islam (IDN Times/Juliadin)

Sementara itu, Pimpinan Ponpes Darruraihan Sonao Bima, Ustaz Farhan Bil Islam mengatakan percakapan santrinya sehari-hari menggunakan bahasa arab. Hal ini dilakukan agar hafalan mereka terus diingat dan tidak mudah dilupakan.

"Konsepnya memang begitu, biar anak-anak terus mengingat hafalanya," kata dia.

Farhan berharap pesantren yang dipimpinnya bisa terus berkembang. Dengan harapan ada bantuan yang tidak mengikat dari para dermawan atau pun dari kalangan yang ekonominya menengah ke atas.

"Sehingga fasiltas Ponpes ini bisa ditingkatkan lagi," harapnya.

Baca Juga: Harga Bawang Merah di Bima Anjlok sedangkan Beras Melonjak

Topik:

  • Linggauni

Berita Terkini Lainnya