Kekeringan Meluas, 14 Desa di Bima Dilanda Krisis Air Bersih
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bima, IDN Times - Wilayah Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dilanda kekeringan. Sebanyak 14 desa di Bima kini mengalami krisis air bersih. Warga desa meminta air bersih
"Baru warga pada 14 desa yang sering minta distribusi air bersih ke kami," kata Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bima, Isyra dikonfirmasi Kamis (10/8/2023).
1. 14 desa menyebar di 5 kecamatan
Isyra tidak secara rinci menyebut nama-nama desa yang kekurangan air bersih tersebut. Dia memastikan belasan desa yang didalamnya terdapat ribuan jiwa ini menyebar pada lima kecamatan.
Terdiri dari Kecamatan Palibelo, Langgudu dan Sape. Kemudian sejumlah desa di Kecamatan Bolo bahkan desa di Kecamatan Donggo yang berada di lereng gunung.
"Terakhir kami dropping air menggunakan mobil tangki BPBD di Desa Mpili Kecamatan Donggo," beber mantan Camat Tambora ini.
Baca Juga: Pantai Baku di Bima, Surga Tersembunyi di Ujung Timur Pulau Sumbawa
2. Permintaan distribusi air terus meningkat
Menurut Isyra, permintaan distribusi air dari hari ke hari diprediksi akan terus meningkat. Karena puncak musim kemarau akan berlangsung pada Agustus ini hingga September mendatang.
"Meski meningkat, kami masih bisa tangani dengan tetap koordinasi dengan stekholder terkait. Apalagi status wilayah sekarang masih siaga kekeringan, belum masuk darurat," terang dia.
3. Serapan air berkurang karena hutan terus dirambah
Diberitakan sebelumnya, BPBD Kabupaten Bima merilis ada 39 desa yang berpotensi dilanda kekeringan atau kekurangan air bersih. Puluhan desa ini menyebar pada 11 Kecamatan, dari total 18 kecamatan yang ada di Kabupaten Bima.
Bencana alam ini diklaim sebagai persoalan tahunan yang akan selalu muncul setiap musim kemarau. Aktivitas perambahan kawasan hutan yang tidak terkontrol disebut salah satu pemicu utama.
Kawasan hutan yang dirambah tersebut, untuk perluasan area menanam komoditi pertanian seperti jagung. Sehingga berdampak pada serapan air yang terus berkurang dan berisiko terjadi krisis air bersih saat musim kemarau.
Baca Juga: Kecelakaan Maut di Bima, Dua Korban Tewas dan Tiga Kritis