Coffee Shop Kekinian di Bima yang Berkonsep Jadul
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kota Bima, IDN Times - Bisnis yang saat ini sedang populer di Indonesia adalah coffee shop, tak heran jika bisnis ini dapat ditemukan di mana-mana. Salah satunya di Kota Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Konsep coffee shop yang diberi nama Coffee Circlkill berbeda dengan kebanyakan kafe kekinian lainnya. Kafe yang berada di tengah pemukiman Kelurahan Na'e ini justru menyajikan konsep zaman dulu (jadul), tapi tetap elegan dan menyenangkan seperti di rumah sendiri.
"Ini salah satu strategi saya agar bisa bertahan di tengah menjamurnya coffee shop di Kota Bima. Karena mereka kebanyakan konsep modern," kata pemilik Coffee Circlkill Aris Munandar pada IDN Times, Sabtu (6/1/2023).
1. Target pengunjung usia paruh baya
Karena berada di tengah pemukiman, Coffee Circlkill menawarkan suasana tenang, hening dan tentunya jauh dari keramaian. Suasana itu paling banyak diminati oleh pengunjung berusia paruh baya, berikut mahasiswa dan para remaja.
"Target pengunjung memang bapak-bapak. Di sini mereka bisa datang tanpa harus pakaian bagus seperti ke kafe modern, jadi bisa datang santai-santai," terang pemuda berusia 29 tahun ini.
Konsep yang diterapkan selain menawarkan ketenangan pengunjung, juga tidak begitu banyak menguras kantong. Misalnya, keluarkan uang membeli perlengkapan canggih sound system pemutar musik di kafe.
"Tidak makan biaya juga. Lagian pengunjung kafe saya tidak begitu suka dengar-dengar musik," bebernya.
Baca Juga: Nelayan di Bima Temukan Mayat Pria Tanpa Identitas Mengapung di Laut
2. Bangunan tua dikontrak
Aris mengaku, modal awal membangun bisnis tersebut kurang lebih Rp40 juta. Uang puluhan juta itu untuk biaya kontrak termasuk renovasi rumah sebesar Rp12 juta per tahun.
Kemudian Rp28 juta lainnya digunakan untuk pengadaan fasilitas. Misalnya, mesin penggiling dan peracik kopi, kursi, meja, kelistrikan, barang jadul, dan sejumlah peralatan terkait lainnya.
"Rumah itu bangunan tua yang sudah lama tak dipakai, kemudian saya kontrak. Sekarang sudah dua tahun berjalan," terangnya.
3. Sepi saat musim hujan
Menurut Aris, selama bisnis tersebut digulirkan diakui tidak ada kendala yang berarti. Semua proses berjalan sesuai harapan, kecuali di awal bisnis di mana hasilnya tidak sesuai harapan.
Tidak teratur dalam pemasukan dan pengeluaran.
Kemudian kendala lain misalnya, saat musim hujan seperti kondisi sekarang ini. Tingkat kunjungan pelanggan tidak begitu banyak. Paling banyak omzet dalam sehari Rp400 ribu, jauh berbeda dengan pendapatan saat musim kemarau.
"Musim hujan begini kurang. Kalau saat kemarau kita bisa dapat Rp2 juta dalam sehari," tandasnya.
Baca Juga: Kabut Tebal Selimuti Bima-Dompu, Aktivitas Penerbangan Dibatalkan