Sejarah Masuknya Islam dan Keragaman Bahasa di NTB

Provinsi ini kaya akan sejarah dan budaya

Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Ibu kota provinsinya berada di Kota Mataram. Keberadaan provinsi ini tidak lepas dari adanya sejarah masa lalu yang telah ada di wilayah tersebut.

Ketika awal kemerdekaan negara Indonesia. NTB tergabung dalam provinsi Sunda Kecil dengan Ibu kota Singaraja. Lalu semakin berjalannya waktu terdapat pemecahan Sunda Kecil menjadi 3 bagian yakni Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Bali.

1. Sejarah NTB

Sejarah Masuknya Islam dan Keragaman Bahasa di NTBFoto udara tikungan ke 5 dan tikungan ke 6 lintasan Mandalika International Street Circuit di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Pujut, Praya, Lombok Tengah, NTB, Minggu (15/8/2021). (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)

Adanya Provinsi Nusa Tenggara Barat ini tidak serta merta muncul dengan sendirinya, berdirinya melalui banyak proses yang cukup panjang dalam perjalanan. Dulunya wilayah NTB sempat menjadi bagian dari Negara Indonesia Timur, yang mana konsepsi negara masih Republik Indonesia Serikat dan setelahnya masuk pada bagian Sunda Kecil karena adanya pengakuan kedaulatan RI.

Seiring dengan perjalanan dan perkembangan zaman, akhirnya terjadi beberapa proses untuk melakukan perubahan terhadap sistem ketatanegaraan sesudah kemerdekaan RI diproklamasikan. Dengan begitu menjadi resmi membentuk provinsi Nusa Tenggara Barat yang mendapatkan statusnya hingga sekarang ini.

NTB, secara resmi mendapatkan status sebagai provinsi sebagaimana adanya sekarang, sejak tahun 1958, berawal dari ditetapkannya Undang-undang Nomor 64 Tahun 1958 Tanggal 14 Agustus 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Bali, NTB dan NTT, dan yang dipercayakan menjadi Gubernur pertamanya adalah AR. Moh. Ruslan Djakraningrat. 

2. Sejarah masuknya Islam ke Lombok, NTB

Sejarah Masuknya Islam dan Keragaman Bahasa di NTBMasjid di Lombok (IDN Times/Sunariyah)

Sejarah Provinsi Nusa Tenggara Barat tidak bisa dilepaskan dari peristiwa masuknya Islam ke pulau Lombok (sekarang provinsi NTB) sebagai bentuk melakukan penyebaran Islam di berbagai wilayah Nusantara.

Dalam Babad Lombok yang dibukukan oleh Alfons van Der Kraan dengan judul "Lombok, Penaklukkan, Penjajahan dan Keterbelakangan 1870-1940", Sunan Prapen, yang merupakan cucu Sunan Giri, dari Susuhunan Ratu Giri di Gresik disebut sebagai orang yang menyebarkan Islam di wilayah Lombok.

Sunan Prapen diutus oleh ayahnya, Sunan Giri II/Sunan Dalem, dalam sebuah misi untuk menyebarkan agama Islam ke pulau-pulau di timur nusantara. Lembu Mangkurat dikirim ke Banjarmasin, Datu Bandan dikirim ke Makassar, Tidore, Seram dan Galea. Sedangkan Sunan Prapen dikirim ke Bali, Lombok dan Sumbawa.

Akan tetapi, proses islamisasi NTB yang dilakukan Sunan Prapen tidak langsung membuahkan hasil. Menurut David Harnish dalam "Between Harmony and Discrimination: Negotiating Religious Identities within Majority-Minority Relationship in Bali and Lombok", banyak masyarakat asli yang kembali ke kepercayaan lamanya ketika Sunan Prapen kembali ke Bali lalu ke Jawa. Kekosongan pemimpin agama sekaliber Sunan Prapen, menurut Harnish, menjadi penyebabnya.

3. Ragam bahasa di NTB

Sejarah Masuknya Islam dan Keragaman Bahasa di NTBANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

Sebagai provinsi yang masih menganut budaya dan adat istiadat, masyarakat NTB mempunyai beragam bahasa. Berikut ini beberapa bahasa lokal yang digunakan oleh masyarakat NTB:

Bahasa Sasak

Salah satu bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat bertempat tinggal di Pulau Lombok. Sama seperti halnya dengan bahasa Jawa, bahasa Sasak mempunyai tingkatan yaitu lembut, sedang dan kasar.

Selain itu dialek penggunaan bahasanya juga berbeda-beda seperti halnya Selaparang, Pejangi dan Bayan.

Bahasa Sumbawa

Banyak menyebutkan bahasa Sumbawa adalah bahasa Semawa’ yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat daerah Sumbawa. Terdapat beberapa dialek yang digunakan antara lain, Taliwang Barturotok, Semawa’, Selesek, Ropangsuri, Jeruek, Lebah, Jeluer, Dado, Geranta dan Tanganam.

Bahasa Bima

Bahasa Bima digunakan oleh masyarakat yang tinggal di wilayah Bima Dompu dan Sangiang. Dalam bahasanya juga mempunyai tingkatan yaitu halus dan kasar.

Selain itu bahasa Bima juga memiliki dialek seperti yang lainnya yakni Donggo, Bima dan Sangiang.

Bahasa Bali

Sebagai wilayah yang berdekatan dengan Bali, penggunaan bahasanya tentu digunakan juga oleh masyarakat NTB. Hal itu juga tidak terlepas dengan adanya sejarah dan kondisi geografisnya.

Itulah tadi pembahasan terkait sejarah NTB dan masuknya agama Islam ke wilayah tersebut . Selain itu, NTB merupakan salah satu provinsi yang mempunyai beragam bahasa pada masyarakatnya.

Topik:

  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya