Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Harga tiket pesawat Bali - Lombok yang melambung tinggi. (traveloka.com)

Mataram, IDN Times - Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia atau Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (ASITA) Provinsi NTB meminta pemerintah turun tangan mengatasi melambungnya harga tiket pesawat yang dinilai naik gila-gilaan.

Melambungnya harga tiket pesawat tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata setelah dihantam pandemik selama dua tahun terakhir.

"Harga tiket pesawat ke Lombok sudah naik gila-gilaan, sudah gak masuk akal," kata Ketua DPD ASITA Provinsi NTB Dewantoro Umbu Joka dikonfirmasi IDN Times di Mataram, Selasa (28/6/2022).

1. Tiket mahal, wisatawan berpikir ulang datang ke Lombok

Wisatawan saat berada di Gili Trawangan (IDN Times/Muhammad Nasir)

Menurut Dewantoro, melambungnya harga tiket pesawat ke Lombok berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan. Wisatawan akan berpikir ulang berwisata ke Lombok dengan kenaikan harga tiket yang mencapai 100 persen.

Ia memberikan contoh, saat ini harga tiket pesawat dari Bali ke Lombok di atas Rp1 juta. Sebelumnya, harga tiket pesawat dalam kondisi normal rute Bali - Lombok sebesar Rp400 ribu sekali jalan atau Rp800 ribu untuk bolak-balik. Namun sekarang harga tiket pesawat Bali - Lombok di atas Rp1 jutaan.

Begitu juga untuk rute Jakarta - Lombok. Harga tiket pesawat saat ini rata-rata Rp1,3 - 1,4 juta sekali jalan. Padahal dalam kondisi normal harga tiket pesawat Jakarta - Lombok paling tinggi Rp800 ribu.

2. Dianggap tidak mendukung kebangkitan sektor pariwisata

Ketua DPD ASITA Provinsi NTB Dewantoro Umbu Joka. (Dok. Istimewa)

Dewantoro menambahkan dengan harga tiket pesawat yang mahal, kebijakan itu tidak mendukung kebangkitan sektor pariwisata. Padahal, lanjut Dewantoro, penerbangan internasional ke Bali sudah cukup banyak.

Sebelum pandemik Covid-19, wisatawan yang datang ke Bali pasti akan melanjutkan perjalanan ke Lombok. Namun akibat harga tiket pesawat Bali - Lombok yang melambung tinggi, maka wisatawan akan berpikir datang ke Lombok.

"Kalau bisa kebijakan ini ditinjau. Karena ini terjadi di semua daerah. Ini akibat PPKM atau harga avtur, gak jelas. Itu kebijakan pusat. Daerah lain juga mengeluh," kata Dewantoro.

3. Percuma banyak promosi

Pemandangan KEK Mandalika dari Bukit Pantai Seger (IDN Times/Muhammad Nasir)

Ia mengatakan sektor pariwisata akan sulit bergerak jika harga tiket melambung tinggi. Percuma pemerintah banyak melakukan promosi jika menjualnya susah karena harga tiket yang tinggi.

"Percuma branding-branding saja tapi gak ada wisatawan yang datang. Percuma promosi tetapi gak bisa dijual. Sekarang kita waktunya menjual. Akses ke Lombok agar lebih mudah dan murah," katanya.

Saat pandemik Covid-19, harga tiket pesawat dijual dengan harga normal dengan syarat tes PCR atau antigen. Sekarang, persyaratan itu dihilangkan tetapi harga tiket gila-gilaan.

"Di sisi lain mau pariwisata bangkit. Tetapi di lain pihak harga tiket tinggi. Sehingga kita minta ditinjau ulang harga tiket itu. Apalagi daerah pariwisata seperti Lombok. Harusnya ada kebijakan khusus," ujar Dewantoro.

Terpisah, Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) NTB Yusron Hadi mengatakan harga tiket pesawat ke Lombok memang cukup tinggi. Apalagi saat gelaran MXGP Samota pada 24 - 26 Juni 2022.

"Saya kira harus ditambah flight. Semakin banyak flight yang terbang ke Lombok, insyaallah harga tiket bisa ditekan," katanya.

Pemprov NTB menargetkan angka kunjungan wisatawan tahun 2022 sebanyak 2,5 juta orang. Target angka kunjungan ini merupakan revisi dari target sebelumnya di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) NTB 2019-2023 yang ditetapkan sebesar 4,650 juta orang.

Dari target kunjungan wisatawan sebanyak 2,5 juta orang sebanyak 1,5 juta wisatawan domestik. Sedangkan sisanya 1 juta orang merupakan target kunjungan wisatawan mancanegara.

Editorial Team