Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Foto petani jagung di Desa Bajo Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima saat menjemur jagung usai digiling (IDN Times/Juliadin)

Bima, IDN Times - Harga beli jagung di wilayah Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) malah anjlok saat panen raya baru dimulai. Kini, jagung dengan kadar air 15 persen dibeli dengan harga rendah yakni Rp4.000 per kilogram.

Kondisi harga yang dinilai merosot ini dikeluhkan para petani. Mereka khawatir harga akan terus bergerak turun hingga ke angka Rp3.000 per kilogram, sama seperti yang terjadi pada saat panen raya 2024 lalu. 

"Dulu saat panen raya, harga turun sampai Rp3.000 per kilogram, padahal saat itu start dengan harga Rp4,8 ribu. Yang kami khawatir saat ini harganya lebih rendah lagi, karena memang start dengan harga rendah dari awal," keluh Yayan, petani jagung di Desa Kala Kecamatan Donggo dikonfirmasi, Selasa (8/4/2025).

1. Hanya cukup kembalikan modal

Potret petani saat panen jagung (IDN Times/Juliadin)

Menurut dia, harga Rp4.000 yang berlaku saat ini sudah tentu akan membuat petani merugi. Kalau pun dihitung, harga pasaran itu hanya cukup kembalikan modal dari mulai biaya garap lahan, obat-obatan, pupuk, hingga biaya panen.

Apalagi, harga obat-obatan dan pupuk yang dibeli sebelumnya cukup mahal. Demikian juga dengan ongkos buruh tanam hingga buruh petik dan angkut mahal, yang mana perharinya hingga Rp150 ribu per orang.

"Dapat untungnya di mana coba. Kalau pun ada, palingan sedikit, itu pun belum dihitung dengan tenaga kita sendiri yang bekerja," ungkap ayah dua orang anak ini.

Menurut dia, petani baru bisa mendapatkan untung banyak ketika jagung diambil dengan harga Rp5 ribu per kilogram. Bupati Bima diharapkan turun tangan perjuangkan harga itu melalui lobi dengan pihak perusahaan dan stekholder terkait lain.

"Memang gak bisa Pemda bersama perusahaan tentukan harga bersama perusahaan, biar di lapangan harganya gak naik turun dan anjlok seperti ini. Menurut saya gak ada yang tak bisa, semuanya tergantung pemerintah daerah," tegasnya.

Senada juga dikeluhkan seorang petani jagung lain di Kecamatan Bolo, Muhammad Syarief. Ia mengaku, harga pasaran jagung saat ini sangat merugikan para petani, terutama bagi yang menggunakan modal bertani dari pinjaman bank.

Dengan kondisi harga jagung saat ini, petani dikhawatirkan tak mampu melunasi pinjaman bank. Misalnya bagi mereka yang nilai pinjaman bank mencapai puluhan juta rupiah.

"Sebagian besar petani kita ambil uang di bank untuk modal tanam jagung. Satu orang itu, ada yang pinjam bahkan sampai Rp30 juta. Yang saya kasian mereka, karena gak bisa lunasi pinjaman bank," jelasnya.

2. Harga jagung akan naik-turun

Editorial Team

Tonton lebih seru di