Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Buah tomat yang dibiarkan membusuk oleh petani di Desa Sembalun Bumbung Lombok Timur karena harganya yang sangat murah. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Lombok Timur, IDN Times - Para petani di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) mengeluhkan anjloknya harga tomat saat musim panen. Karena harganya sangat murah, petani membiarkan buah tomat membusuk di pohon.

Selain itu, tanaman cabai juga terserang penyakit antraks. Baru beberapa kali panen, tanaman cabai petani sudah rusak akibat penyakit antraks. Di tengah biaya produksi yang cukup tinggi, tidak ada penyuluh yang turun untuk membantu permasalahan yang dihadapi petani.

1. Harga tomat satu keranjang Rp25 ribu, dulu Rp20 ribu per kg

Buah tomat yang dibiarkan membusuk di pohon oleh petani di Desa Sembalun Bumbung Kecamatan Sembalun Lombok Timur. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Salah seorang petani di Dusun Jorong, Desa Sembalun Bumbung Amaq Kamil mengatakan harga tomat saat ini sangat murah yaitu Rp25 ribu per keranjang. Dalam satu keranjang seberat 40 kg. Padahal, beberapa bulan sebelumnya harga tomat menembus angka Rp15 ribu sampai Rp20 ribu per kg.

"Sekarang harganya Rp25 ribu satu keranjang, sangat murah. Yang punya tidak memanennya karena harganya sangat murah. Kalau dulu harganya sampai Rp15 -20 ribu per kg," kata Amaq Kamil ditemui di area persawahan Desa Sembalun Bumbung, Senin (23/1/2023).

Petani lainnya, Amaq Ibah menambahkan buah tomat dibiarkan membusuk di pohon karena harganya yang sangat murah. Harga tomat tidak sampai Rp1.000 per kg. Padahal dulu harganya sampai Rp20 ribu per kg.

Ia mengatakan ada petani yang baru panen 4 kali dengan harga Rp15 ribu sampai Rp20 ribu per kg. Tetapi setelah itu, harga tomat anjlok menjadi Rp25 ribu per keranjang. Petani membiarkan buah tomat membusuk di pohon, karena apabila dipanen, biaya memetiknya lebih mahal dibandingkan keuntungan yang diperoleh. Bahkan petani merugi.

2. Tanaman cabai diserang penyakit antraks

Editorial Team

Tonton lebih seru di