Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal. (IDN Times/Muhammad Nasir)
Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Intinya sih...

  • NTB targetkan nol kemiskinan ekstrem dalam 5 tahun

  • Gubernur Iqbal prioritaskan penyelesaian kemiskinan, pertanian, dan pariwisata

  • Upaya diversifikasi ekonomi untuk keluar dari ketergantungan sektor tambang

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Mataram, IDN Times - Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal menargetkan tidak ada masyarakat yang miskin ekstrem dalam lima tahun ke depan. Dia menargetkan angka kemiskinan ekstrem di NTB menjadi nol persen pada 2029.

Saat ini, angka kemiskinan ekstrem di NTB sebesar 2,04 persen. Sedangkan angka kemiskinan di NTB per Maret 2025 sebesar 11,91 persen atau 658 ribu jiwa.

"Saat ini, di triwulan pertama, kemiskinan di NTB berada di atas rata-rata nasional, hampir 12 persen. Dari jumlah tersebut, sekitar 2,04 persen merupakan kemiskinan ekstrem. Target kita adalah pada tahun 2029, kemiskinan ekstrem bisa nol. Sementara kemiskinan umum kita targetkan di bawah 10 persen," kata Iqbal, Kamis (12/6/2025).

1. Potensi luar biasa tapi NTB belum bisa keluar dari provinsi termiskin

Ilustrasi kemiskinan (Foto: IDN Times)

Iqbal melihat ada dua wajah NTB yang bertentangan. Di satu sisi, NTB belum pernah bisa keluar dari daftar provinsi termiskin di Indonesia. Tetapi di sisi lain, NTB punya potensi sumber daya alam yang luar biasa

"Dari ujung barat sampai ujung timur, semua penuh dengan potensi," kata eks Duta Besar Indonesia untuk Turki ini.

Menurutnya, dua wajah yang bertentangan ini coba pertemukan dengan tiga prioritas utama pembangunan NTB dalam lima tahun ke depan. "Pertama, penyelesaian persoalan kemiskinan secara serius, sungguh-sungguh, dan berkesinambungan.

2. Mendorong sektor pertanian dan pariwisata

Petani di Lombok Barat, NTB, sedang menanam padi. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Kedua, mendorong sektor pertanian, termasuk agroforestri, pertanian konvensional, peternakan, dan agromaritim atau perikanan untuk mewujudkan program prioritas Presiden Prabowo Subianto, yaitu ketahan pangan.

Ketiga, mendorong sektor pariwisata. Iqbal menginginkan destinasi-destinasi wisata di NTB menjadi destinasi kelas dunia. Salah satu strateginya adalah mendorong MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Event) agar tidak tergantung pada turis musiman yang hanya datang antara Mei hingga September.

Dia menyakini, dengan langkah itu NTB dapat mengisi kekosongan wisatawan dari September hingga Mei dengan event-event sepanjang tahun. "Dengan begitu, okupansi hotel tetap tinggi, load factor penerbangan tetap terisi, harga tiket dan hotel bisa lebih terjangkau," ujarnya.

3. Keluar dari ketergantungan sektor tambang

Tambang emas dan tembaga di Batu Hijau Sumbawa Barat. (dok. AMMAN)

Menurutnya, langkah-langkah itu akan membuat NTB keluar dari ketergantungan pada sektor pertambangan yang saat ini masih menjadi sumber pendapatan daerah. Namun sayang, kata Iqbal, ketergantungan terhadap sektor tambang masih sangat tinggi. Buktinya, di triwulan I 2025, sektor tambang mengalami kontraksi minus 30 persen, meskipun sektor manufaktur dan pertanian mengalami peningkatan.

Bahkan, pertanian tumbuh lebih dari 30 persen yang merupakan angka tertinggi dalam sejarah. Namun tetap saja tidak bisa menolong terhadap pertumbuhan ekonomi NTB karena kontraksi tambang terlalu dalam. Hal ini terjadi karena penghentian produksi di PT Amman Mineral akibat masalah di smelter.

"Mudah-mudahan dengan adanya relaksasi dari pemerintah pusat untuk ekspor konsentrat sementara waktu, bisa menstabilkan pertumbuhan ekonomi," harapnya.

Jika berbicara data, pertumbuhan ekonomi NTB mencapai 6,2 persen, namun jika sektor pertambangan dikeluarkan, angkanya turun hampir setengahnya. Hal itu pula yang memicu dirinya untuk terus melakukan langkah-langkah agar agar hasil tambang PT Amman Mineral bisa segera diekspor.

"Tanpa tambang, pertumbuhan kita 5,57 persen. Tapi karena kontraksi di tambang, turun menjadi minus 1,47 persen. Maka langkah jangka pendeknya adalah upaya relaksasi ekspor. Ini sudah saya sampaikan ke Menteri ESDM dan ditanggapi positif, bahkan Menteri Dalam Negeri juga turut bicara soal ini," jelasnya.

Untuk jangka panjang, Iqbal mengatakan, tidak ada pilihan lain selain diversifikasi ekonomi. Yang paling potensial adalah sektor pertanian dan pariwisata. Sektor inilah yang dapat menjadi penunjang ekonomi daerah di NTB.

"Seperti yang saya sampaikan, pendekatan kita adalah memperbanyak event. Kita bagi event dalam tiga tier. Tier 1 peserta di atas 10.000.Tier 2, peserta di atas 5.000. Tier 3, peserta di bawah 5.000," tandas eks Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) ini.

Editorial Team