Gonta-ganti Kebijakan Pendidikan, Wujudkan Generasi Emas atau Cemas?

Mataram, IDN Times - Gonta-ganti kurikulum atau kebijakan pendidikan sangat dirasakan para Generasi Z dan Generasi Alpa di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Di tengah gonta-ganti kurikulum, muncul berbagai persoalan di dunia pendidikan yang luput dari perhatian pemerintah.
Dewan Anak Mataram (DAM) mencatat sejumlah persoalan. yang terjadi di dunia pendidikan saat ini. Maraknya kasus bullying, kekerasan seksual, penyalahgunaan narkoba, judi online hingga siswa yang merokok di sekolah, seharusnya menjadi perhatian pemerintah ketimbang sibuk mengutak-atik kurikulum pendidikan.
Persoalan ini sering disuarakan pada setiap peringatan Hari Anak Nasional (HAN) tiap tahunnya kepada pemerintah. Namun, seolah-olah suara anak tak didengar oleh pemerintah dengan semakin maraknya kasus bullying, kekerasan seksual, narkoba, judi online dan anak yang merokok di lingkungan sekolah di Kota Mataram.
Melihat realita ini, Koordinator Fasilitator Dewan Anak Mataram Kukuh Tegar Dewanto (20) mengaku khawatir apa yang dicita-citakan terwujudkan Generasi Emas 2045 malah akan menjadi Generasi Cemas 2045.
"Kita khawatir jadi generasi cemas 2045 kalau melihat realita sekarang banyak anak yang terpapar narkoba, merokok, judol, kasus kekerasan seksual dan bullying di sekolah. Sebelum melangkah yang lebih besar, pemerintah harus memperhatikan hal-hal seperti ini," kata Kukuh saat berbincang dengan IDN Times, Sabtu (19/7/2025).
1. Siswa merasa capek dengan gonta-ganti kebijakan pendidikan

Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Universitas Mataram ini mengatakan setiap minggu mereka rutin berkumpul membahas isu-isu yang berkembang terkait persoalan anak di Kota Mataram. Anak-anak dari berbagai sekolah di Kota Mataram mengungkapkan bahwa kasus bullying atau perundungan di lingkungan sekolah dan rumah masih marak terjadi.
Sehingga, Dewan Anak Mataram membuat program DAM To School untuk sosialisasi tentang pencegahan bullying dan kekerasan seksual di lima sekolah yang berada di Kota Mataram dan Lombok Barat.
"Selain kasus bullying, ada juga edukasi ke masyarakat tentang bahaya narkoba. Apalagi di Mataram ini ada wilayah yang terkenal dengan kampung narkoba. Penyalahguna narkoba juga masih anak-anak," ungkapnya.
Kukuh menyatakan bahwa pelaku bullying bukan saja antar siswa tetapi juga guru. Tanpa disadari oleh guru dengan mengucapkan kata-kata yang membuat siswa merasa tersinggung dan kepikiran terus menerus. Akibatnya, siswa menjadi malas bertemu atau diajar guru tersebut.
"Ada guru yang mempermalukan siswanya, kita pernah dapat cerita. Kemudian masalah rokok juga. Seharusnya sekolah bersih dari rokok tapi malah gurunya yang merokok dekat siswa," tutur Kukuh.
Fasilitator Forum Anak NTB ini juga mengungkapkan bahwa siswa merasa capek dengan gonta-ganti kurikulum pendidikan yang dilakukan pemerintah. Ketika presiden dan Menteri Pendidikan berganti, kurikulum pendidikan juga ikut gonta-ganti.
Kebijakan itu mungkin tujuannya bAgus tetapi siswa yang menjadi korban. Dia memberikan contoh seperti kurikulum merdeka, mata pelajaran IPA, IPS dan Bahasa semuanya dipelajari oleh siswa. Berbeda dengan Kurikulum 2013 (K13), ada penjurusan yang dilakukan di jenjang pendidikan SMA.
"Di kurikulum merdeka, IPA, IPS dan Bahasa itu semuanya kita pelajari. Memang bagus untuk mau jadi apa kedepannya. Tapi kasihan siawa. Mulai dari hitungan, hapalan, belum lagi tugasnya banyak dikasih guru," kata Kukuh.
2. Gonta-ganti kurikulum bikin siswa lelah

Wakil Ketua Dewan Anak Mataram, Manuel Yoel Sanjaya (16) mengaku para pelajar sangat lelah dengan adanya gonta-ganti kurikulum pendidikan. Dari kurikulum 2013 ke kurikulum merdeka para siswa mengaku sangat lelah. Apalagi sekarang pemerintah akan mengganti lagi ke kurikulum 2025.
"Kalau nyamannya, kayaknya kurikulum 13. Karena kurikulum merdeka ini banyak sekali kita pelajari. Semuanya kita pelajari, semua kita hapal, kerja kelompok banyak, dan itu bikin fokus terpecah-pecah," kata Yoel.
Siswa salah satu SMK di Kota Mataram ini mengatakan pada kurikulum merdeka hampir tidak ada waktu bermain-main. Pulang sekolah pada sore hari, langsung kerja kelompok hampir sampai malam hari.
"Ketimbang gonta-ganti sistem pendidikan, lebih baik pemerintah memperhatikan isu-isu bullying, kekerasan seksual, narkoba dan rokok yang marak di sekolah," ujarnya.
3. Bullying dan siswa merokok di sekolah

Anggota Forum Anak Nasional ini menyebut beberapa isu utama yang mendesak diperhatikan pemerintah saat ini adalah bullying. Karena banyak laporan yang diterima Dewan Anak Mataram, kasus bullying masih terjadi di lingkungan sekolah baik secara verbal dan fisik.
Isu berikutnya terkait maraknya siswa yang merokok di sekolah terutama siswa SMP dan SMA/SMK. "Banyak banget anak-anak yang merokok di lingkungan sekolah. Bahkan di depan sekolah, depan pintu gerbang sekolah mereka sudah berani merokok memakai seragam sekolah," tuturnya.
Selain siswa, ternyata banyak juga laporan bahwa guru yang merokok di lingkungan pendidikan. "Kita juga heran kenapa guru merokok di ruang guru, sedangkan di sekolah saja sudah tidak boleh," katanya heran.
Melihat kondisi sekarang ini, Yoel pesimis Generasi Emas 2045 akan terwujud. Kecuali, pemerintah dapat menangani isu-isu yang berkembang di atas sesuai dengan apa yang disuarakan Forum Anak di Kota Mataram.
"Karena pemerintah kurang peka mendengarkan suara anak yang akan menjadi Generasi Emas 2045. Suara kami saat ini gak didengar, bagaimana kami bisa menjadi generasi emas kalau keluh kesah kami sekarang gak didengarkan," ucapnya.
Dia berharap suara anak yang disampaikan pada setiap peringatan Hari Anak Nasional didengarkan oleh pemerintah. Kemudian ditindaklanjuti dalam bentuk kebijakan supaya kasus bullying, kekerasan seksual, narkoba serta larangan merokok di sekolah benar-benar diatensi oleh pemerintah.
"Pemerintah daerah supaya lebih peka lagi. Bagaimana kita menjadi generasi emas 2045 kalau keluh kesah anak gak didengar," tandasnya.