Nelayan di Kampung Padak Sie Desa Seruni Mumbul Kecamatan Pringgabaya Lombok Timur membersihkan sampah yang mencemari laut. (IDN Times/Muhammad Nasir)
Sampah plastik menjadi ancaman biota laut di NTB. Keindahan pantai-pantai yang eksotis juga terancam sampah plastik. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) NTB menyebutkan jumlah sampah plastik sekitar 26 - 35 ton per hari. Jumlah itu merupakan 10 hingga 12 persen dari jumlah timbulan sampah yang mencapai 2.600 - 3.300 ton per hari di NTB.
"Betul ini ancaman bagi biota laut. Makanya upaya yang dilakukan adalah kita mendorong upaya pengurangannya di daratan," kata Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Pengendalian Pencemaran Dinas LHK NTB, Firmansyah, belum lama ini.
Firman menyatakan pilot project penanganan sampah laut baru dilakukan di Destinasi Super Prioritas Mandalika. Dikatakan, persoalan sampah laut memang cukup unik karena lintas batas.
"Sering kali bersifat musiman. Apa yang kita lihat saat ini di sebuah pantai bisa jadi 2 - 3 hari ke depan sudah tidak ada lagi spotnya. Jadi penanganannya harus lintas batas. Bukan hanya oleh Pemprov NTB tetapi juga skala nasional dan global," katanya.
Pengurangan sampah di lautan, tidak bisa langsung berubah secara signifikan. Namun, NTB sudah mulai berupaya mengurangi timbulan sampah plastik di daratan. Seperti pengurangan penggunaan plastik untuk kebutuhan rumah tangga diganti dengan produk refill atau isi ulang. Dengan upaya seperti ini, sekitar 60 - 70 ton sampah plastik akan berkurang per tahun.
Pemprov NTB sedang menggalakkan gerakan pilah sampah dari rumah (Pilsadar). Gerakan Pilsadar sedang digalakkan di Kota Mataram dan Lombok Barat. Sehingga, sampah yang dibuang ke TPA Regional Kebon Kongok Lombok Barat harus sudah terpilah.
Kemudian ada juga gerakan bersih-bersih rumah kita bekerja sama dengan TP PKK NTB.
"Kita mendorong sampah itu bisa berkurang di tingkat rumah tangga. Karena penghasil sampah terbesar adalah rumah tangga," tandasnya.