Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Area camp pendaki di Gunung Rinjani. (IDN Times/Istimewa)
Area camp pendaki di Gunung Rinjani. (IDN Times/Istimewa)

Lombok Timur, IDN Times – Forum Wisata Lingkar Rinjani menyoroti minimnya standar keamanan dan keselamatan pendaki di Gunung Rinjani. Hal ini menanggapi sejumlah insiden terjatuhnya pendaki, serta keterlambatan evakuasi dan kurangnya standar keselamatan, seperti yang dialami oleh pendaki asal Brasil, Julian Marins.

Forum mendorong peningkatan standar keamanan dan profesionalisme di Gunung Rinjani. Termasuk mendesak pentingnya kolaborasi dan kesepakatan antar-pemangku kepentingan untuk meningkatkan pelayanan dan keamanan wisatawan.

1. Pengetahuan pemandu tentang penyelamatan masih minim

Proses evakuasi jenazah pendaki asal Malaysia yang jatuh di jurang Gunung Rinjani jalur pendakian Torean Lombok Utara oleh Tim SAR gabungan, Minggu (4/5/2025). (dok. SAR Mataram)

Ketua Forum Wisata Lingkar Rinjani, Royal Sembahulun menyoroti insiden jatuhnya pendaki asal Brasil, Julian Marins. Agar kasus serupa tidak terulang pada pendaki lainnya, Royal menyarankan agar dilakukan perbaikan standar Keamanan. Misalnya seperti rasio pendampingan harus satu pemandu untuk empat pendaki.

Seluruh pemandu dan porter wajib memiliki sertifikat first aid (P3K) dan pelatihan dasar penyelamatan. Selain itu perlengkapan darurat harus tersedia di pos-pos pendakian, termasuk danau, untuk mempercepat respons saat terjadi kecelakaan.

"Kami punya 750 guide dan 1.700 porter, tetapi pengetahuan mereka tentang penyelamatan masih minim karena jarang ada pelatihan. Ini harus jadi perhatian pemerintah," tegasnya.

2. Desak TNGR sediakan rescue canggih

Pengangkatan jenazah korban dari dasar jurang Gunung Rinjani, Minggu (4/5/2025). (dok. SAR Mataram)

Royal mendesak pemerintah agar mengalokasikan sebagian Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) kembali ke kawasan tersebut. Menyediakan alat rescue canggih seperti drone logistik, untuk mempermudah evakuasi.

"Jangan sampai korban baru dievakuasi sore hari padahal jatuh sejak pagi. Kita butuh tim penyelamat profesional," tambahnya.

Ke depan, Forum akan fokus pada peningkatan kualitas SDM, termasuk pelatihan bahasa asing, etika pelayanan, dan penyediaan makanan yang memadai. "Kami akan selektif dan mendorong pelatihan rutin setiap tahun," pungkas Royal.

3. Akan evaluasi SOP pendakian

Kepala SPTN Wilayah II TNGR Lombok Timur, Lidia Tesa V.S (IDN Times / Ruhaili)

Sementara itu, Kepala SPTN Wilayah II Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Lidya Tesa Vitasari Saputro, menyatakan bahwa pihaknya akan mengevaluasi Standar Operasional Prosedur (SOP) pendakian menyusul insiden ini.

"Kami memiliki SOP yang jelas terkait pendakian, evakuasi, dan penanganan sampah. Namun, kami akan mengecek apakah ada kebocoran dalam pelaksanaannya, baik dari pihak TNGR maupun pelaku jasa pendakian," ujar Lidya.

Lidya juga menanggapi laporan bahwa beberapa Tour Organizer (TO) yang sudah masuk daftar hitam (blacklist) masih beroperasi, termasuk TO yang digunakan korban. Ia mengaku bahwa TNGR memiliki Satuan Tugas (Satgas) khusus yang bertugas menindak pelanggaran semacam ini.

"Jika ada TO yang sudah diblacklist tetapi masih beroperasi, kami akan mengumumkannya di akun resmi TNGR agar pendaki tidak menggunakannya," tegasnya.

Editorial Team

EditorLinggauni