Digital platform (Shutterstock/ra2 studio)
Mantan Gubernur NTB dua periode ini mengatakan hendaknya , di dalam Islam mengajarkan kaidah untuk la dharar wa la dhirar atau tak melakukan sesuatu yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Ketika mengkonsumsi sesuatu harus makan-makanan yang sehat dan halal. Dan tak membahayakan tubuh. Termasuk ucapan dan sikap. Khususnya interaksi sosial.
“Jangan ada transaksi yang merugikan orang lain,” katanya.
Selain itu, di dalam Islam tujuan tak menghalalkan cara. Karena itu proses sama pentingnya di dalam Islam. Rasul ketika mengkritisi orang yang beribadah namun pakaian, makan, dan minumnya dari yang haram. Proses menuju beribadah bergelimang dengan sesuatu yang kurang baik.
Demikian pula dalam dakwah, itu dengan cara yang mulia. “Dalam fenomena afiliator crazy rich, sebagian dari anak muda yang ingin kaya menggunakan jalan pintas dengan menipu orang lain,” ucapnya.
Berikutnya, lanjut Doktor Ahli Tafsir ini, penting seperti yang disampaikan oleh ulama mengenai kemengertian. Di era digital ini tak hanya membuka peluang kebaikan. Rentan dimanfaatkan orang-orang yang memiliki tujuan tidak baik.
Penipuan dengan platform digital, memanfaatkan ketertarikan banyak orang pada era digital. Seakan-akan era digital lebih baik, transaksi digital dianggap lebih kredibel, dan dianggap lebih menguntungkan.
“Alimun bi zamanihi kalau kata ulama, mengerti akan perubahan yang terjadi. Tak menerima secara pasif, perlu juga mengerti,” bebernya.
Terakhir, TGB menekankan, sesuai firman Allah di dalam Al-Qur'an, lindungi dirimu dan keluargamu dari api neraka. Hendaknya pendidikan di keluarga mengedepankan nilai, fokus membangun karakter, tak sekadar membangun intelektualitas atau kognitif.
“Dengan begitu generasi muda tak akan mudah terpedaya cara-cara seperti ini (terjebak afiliator trading),” tutupnya.