ilustrasi nyamuk (unsplash.com/Wolfgang Hasselmann)
Dalam penanganan kasus DBD, Fikri mengatakan pihaknya merekomendasikan dilakukan deteksi dini kasus di Fasilitas Kesehatan seperti Puskesmas, Klinik, dan rumah sakit dengan memanfaatkan RDT NS1 yang sudah didistribusikan ke seluruh Kabupaten/kota.
Kemudian melaksanakan surveilans ketat sampai peningkatan kasus berakhir, melakukan PSN 3M Plus yang benar, tepat dan maksimal, serta melakukan evaluasi terhadap pelaksanaannya.
Selain itu, peningkatkan dan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) secara masif, melakukan survei vektor 1 bulan sekali sesuai dengan Permenkes No.2 Tahun 2023 yaitu 100 rumah sesuai juknis di wilayah lainnya.
Selanjutnya, koordinasi lintas sektor dalam pelaksanaan PSN dan evaluasinya, sertapeningkatan sensitivitas surveilans DBD baik terhadap kasus maupun vektornya. Dikatakan, DBD sangat identik dengan musim hujan.
"Waspadai DBD dengan kenali fase awalnya yang mirip dengan flu, ditandai dengan rasa nyeri sendi, demam, sakit kepala hebat, hingga mual," terangnya.
Selain itu, timbulnya demam berat yang berlangsung 2 sampai 7 hari juga menjadi gejala DBD. Apabila merasakan gejala-gejala tersebut, segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan.
Menurut Fikri, pencegahan DBD yang paling utama dengan menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan konsep 3M Plus.
Yaitu, menguras dan menyikat bak penampungan air, menutup tempat penampungan air, memanfaatkan/mendaur ulang barang bekas.
Serta menggunakan obat nyamuk, penaburan larvasida, pemasangan kawat, dan gotong royong menjaga dan membersihkan lingkungan.