Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi Sekolah Rakyat (IDN Times/Sukma Mardya Shakti)
ilustrasi Sekolah Rakyat (IDN Times/Sukma Mardya Shakti)

Lombok Timur, IDN Times – Kepala Dinas Sosial Lombok Timur (Lotim), Suroto, mengaku kesulitan mendapatkan calon murid untuk Sekolah Rakyat tingkat Sekolah Dasar (SRD). Berbeda dengan jenjang SMA yang sudah berjalan. Sementara untuk tingkat SMP, Lotim tidak mendapat alokasi Sekolah Rakyat.

Saat ini, proses pembangunan gedung sekolah masih berlangsung. Sementara menunggu penyelesaian, kegiatan belajar-mengajar akan memanfaatkan gedung Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) di Lenek yang disediakan pemerintah melalui Kementerian Tenaga Kerja.

1. Anak sasaran sudah masuk sekolah umum

Kepala Dinas Sosial Lombok Timur H Suroto (dok. Supardi)

Kendala utama yang dihadapi yaitu banyak anak dari keluarga miskin ekstrem yang seharusnya menjadi sasaran justru sudah terdaftar di sekolah umum dan sudah aktif belajar.

Oleh karena itu, Dinas Sosial kini mengalihkan fokus perekrutan kepada anak-anak putus sekolah, untuk menjadi calon murid.

"Kami akan mencari anak yang belum sempat mengenyam pendidikan atau terpaksa berhenti sekolah karena faktor ekonomi," jelasnya.

2. Baru dapat 18 calon murid

ilustrasi sekolah rakyat

Suroto mengatakan jumlah kouta siswa untuk SRD di Lotim sebanyak 100 orang. Dari jumlah kouta tersebut, pihaknya baru mendapatkan 18 anak. Itu pun sebagian merupakan anak yang putus sekolah.

"Kita sudah terlambat, anak-anak sasaran sudah aktif belajar pada sekolah umum. Sebagian besar anak-anak sudah masuk SD dan MI di di dekat rumahnya. Sementara SD dan MI sudah mulai masuk sekolah minggu ini," ujarnya.

3. Ribuan anak masuk keluarga miskin ekstrem

Ilustrasi kemiskinan (Foto: IDN Times)

Sasaran dari program sekolah rakyat yaitu keluarga dengan kategori miskin ekstrem dan sangat miskin. Total jumlah keluarga dengan kategori miskin ekstrem sekitar di Lotim sejumlah 15.000 keluarga.

Dari data tersebut, diperkirakan jumlah anak yang usianya masuk sekolah dasar sebanyak 1.500 anak. Sementara untuk kouta siswa hanya 100 orang anak.

"Kalau jumlah keluarga miskin ekstrem sekitar 15.000an, rata-rata ada saja yang memiliki anak usia masuk sekolah SD atau sekitar 1500an lebih anak yang usia 7 tahun dari keluarga Desil 1 DTSEN," pungkasnya.

Editorial Team