Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_20250819_121940_154.jpg
Kepala Dinkes NTB dr. Lalu Hamzi Fikri. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Mataram, IDN Times - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi NTB mencatat jumlah kasus HIV secara kumulatif sejak 2001 hingga 2025 sebanyak 2.490 orang. Kepala Dinkes NTB dr. Lalu Hamzi Fikri mengatakan tren peningkatan kasus baru sejak tahun 2021 hingga 2023 hampir 100 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Namun untuk jumlah kasus baru di tahun 2024 lebih melandai jika dibandingkan jumlah kasus baru pada tahun 2023. Hal ini menjadi catatan yang cukup menggembirakan serta menjadi motivasi bersama untuk terus berjuang agar kinerja dalam pelaksanaan progam pengentasan HIV tetap terjaga.

"Hingga saat ini, kota Mataram masih menjadi kota dengan jumlah kasus HIV tertinggi di NTB," kata Fikri di Mataram, Selasa (19/8/2025).

1. Penderita HIV didominasi kelompok gay

Ilustrasi perempuan dan HIV/AIDS (IDN Times/Aditya Pratama)

Fikri mengungkapkan sebagian besar kasus HIV di NTB secara keseluruhan didominasi kelompok gay atau kelompok lelaki seks lelaki (LSL). Sedangkan sebaran yang berasal dari kelompok populasi seperti populasi umum, pasangan risiko tinggi, penderita TBC, pasangan ODHIV (Orang dengan HIV), Pelanggan Pekerja Seks, Waria, Ibu Hamil, Wanita Pekerja Seks, Warga Binaan Pemasyarakatan, dan sebagainya.

"Pola penularan HIV masih didominasi melalui hubungan seksual berisiko terutama pada LSL," ungkapnya.

Meski demikian, siapa pun dapat berisiko terinfeksi HIV, terutama jika kurang mendapat akses informasi dan edukasi perihal HIV. Sehingga pengetahuan tentang cara pencegahan serta pengetahuan tentang kepatuhan dalam mengonsumsi obat ARV bagi penderita juga kurang, maka risiko pun akan lebih tinggi.

2. Pencegahan pada populasi kunci

ilustrasi tes HIV (news-medical.net)

Dia menjelaskan Dinkes NTB terus mengupayakan berbagai program pencegahan, mulai dari kombinasi pencegahan pada populasi kunci. Seperti pemberian kondom dan pelicin bagi kelompok berisiko, skrining dan pengobatan IMS (Infeksi Menular Seksual), alat suntik steril dan terapi rumatan metadon.

Ada pula pemberian Profilaksis Pra dan Paska Pajanan, pencegahan penularan HIV dari Ibu ke anak, pemberian kekebalan Infeksi HPV, melaksanakan uji saring dan penerapan kewaspadaan standar. Saat ini, Dinkes NTB l juga menggencarkan pemberian Profilkasis Pra Pajanan (PrEP).

Sebagai upaya pencegahan penularan HIV kepada Lelaki Seks Lelaki (LSL), Wanita Pekerja Seks (WPS), Waria, Pasangan Risiko Tinggi, Pasangan ODHIV dan Penasun (Pengguna Napza Suntik) di tiga kabupaten/kota yaitu Kota Mataram, kabupaten Lombok barat dan kabupaten Lombok timur

"Kegiatan pencegahan dan penanggulangan HIV adalah suatu kegiatan besar yang tentu membutuhkan kerja sama dengan berbagai pihak baik pemerintah, swasta dan komunitas," ujarnya.

Kerja sama telah dilakukan mulai dari kerja sama dengan kampus-kampus di Mataram, SMA, dan fasiltas pelayanan kesehatan swasta dalam upaya pencegahan dan edukasi penularan HIV di NTB. Serta memanfaatkan berbagai platform mulai dari videotron, media sosial untuk mengoptimalkan edukasi dan sosialisasi program HIV di NTB.

3. Stigma dan keterbukaan ODHIV jadi tantangan penurunan angka HIV di NTB

ilustrasi HIV (IDN Times/Mardya Shakti)

Fikri mengungkapkan berbagai tantangan dihadapi dalam upaya penurunan angka HIV di NTB. Mulai dari stigma dan keterbukaan ODHIV terhadap pasangan dan keluarga, dukungan anggaran program HIV dan pejangkauan kepada komunitas.

Menurutnya, sangat lebih baik untuk mencegah dari pada mengobati. Pengobatan bagi ODHIV adalah pengobatan yang berlangsung seumur hidup, sehingga membutuhkan komitmen dan kedisplinan diri dalam mengonsumsi obat ARV agar virus yang ada di tubuh penderita dapat terus ditekan hingga pada jumlah yang aman. Sehingga tidak membuka pintu masuk bagi penyakit lain dan menularkan ke orang lain.

Editorial Team