Asisten II Setda NTB Fathul Gani. (IDN Times/Muhammad Nasir)
Dari sisi produksi gabah, kata Fathul, sebenarnya NTB mengalami surplus. Berdasarkan angka kerangka sampel area yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), angka sementara produksi gabah kering giling di NTB sampai bulan Oktober diperkirakan sebanyak 1,32 juta ton atau setara beras 900.000 ton. Sedangkan kebutuhan beras di NTB kisarannya sekitar 600.000 ton.
Mantan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) NTB ini mengatakan bahwa produksi beras di NTB surplus sekitar 300.000 ton. Namun yang menjadi persoalan di lapangan, petani langsung menjual gabah kepada pengepul. Gabah dari NTB kemudian dikirim keluar daerah seperti Pulau Jawa.
"Sementara dampaknya, pemain lokal kesulitan mendapatkan gabah di petani. Ini yang perlu melalui instansi terkait Dinas Ketahanan Pangan mencermati kondisi ini. Boleh saja gabah kita dibawa keluar daerah, tetapi penuhi dulu kebutuhan lokal, amankan kebutuhan lokal baru selebihnya diatur distribusinya keluar daerah," ujar Fathul.
Karena menurut Fathul, NTB tak mungkin menahan beras di dalam daerah. Sebagai daerah penyangga pangan nasional, NTB juga menyuplai kebutuhan beras untuk provinsi lainnya di Indonesia. Tetapi ia menekankan agar yang dikirim keluar daerah dalam bentuk beras bukan gabah. Sehingga ada nilai tambahnya di NTB.
Fathul menyebutkan harga beras jenis medium saat ini mencapai Rp10.900 per kg dari sebelumnya Rp9.000. Ada kenaikan harga dengan interval Rp500 sampai Rp700 per kg.