Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi freelance writer (pixabay.com/Mohamed_hassan)
ilustrasi freelance writer (pixabay.com/Mohamed_hassan)

Mataram, IDN Times - Kerja freelance banyak diminati para Generasi Z (Gen Z) di Nusa Tenggara Barat (NTB). Mereka memilih kerja freelance karena fleksibilitas waktu dan tempat kerja. Salah seorang pekerja Gen Z di Kota Mataram, NTB, Siti Suhaera (25) mengatakan bekerja freelance karena sistem kerjanya yang fleksibel.

"Sebagian Gen Z begitu, gak suka masuk pagi pulang sore. Aku pilih pekerjaan yang fleksibel. Yang kerjanya bisa dari mana saja tanpa ke kantor," kata Suhaera saat berbincang dengan IDN Times di Mataram, Minggu (21/9/2025).

1. Freelance jadi kerjaan sampingan

Indonesia Millennial dan Gen Z Summit 2025 (dok. IDN)

Suhaera menceritakan sejak kuliah, dia sudah kerja freelance. Kerja freelance membantu dia untuk menambah penghasilan setiap bulan. Sejak kuliah dia bekerja freelance sebagai penulis lepas. Rata-rata, kata dia, anak muda seumurannya punya lebih dari satu pekerjaan.

"Gen Z itu rata-rata tidak satu pekerjaan. Banyak side job-nya walaupun sudah kerja tetap. Ada kerjaan sampingannya. Kalau aku content writer itu bebas. Tulis artikel juga bisa, gak nulis juga bisa. Gak ada tuntutan buat artikel segini sehari," tuturnya.

Dia mengungkapkan dalam sebulan bisa mendapatkan penghasilan dari kerja freelance sekitar Rp1,9 juta. "Kalau mau banyak dapat penghasilan perbanyak artikel saja," tambahnya.

Terkait perlindungan bagi pekerja freelance, dia mendorong ada perubahan regulasi oleh pemerintah. Karena mereka juga pekerja yang seharusnya juga mendapatkan perlindungan.

"Harusnya ada perubahan regulasi biar pekerja freelance juga terlindungi. Karena kan kita sama-sama pekerja juga. Kalau gak mau dikasih perlindungan akomodir semua masyarakat bisa bekerja tetap. Kasih lapangan kerja sebanyak-banyaknya," kata dia.

2. Sebanyak 1,2 juta pekerja di NTB belum terlindungi

BPJS Ketenagakerjaan berhasil meraih penghargaan untuk aplikasi Jamsostek Mobile (JMO) pada Kategori Public Service Application di ajang The 10th Indonesia WOW Brand 2025 yang diselenggarakan MarkPlus,Inc., di The Ballroom Djakarta Theater. (dok. BPJS Ketenagakerjaan)

Pada acara penganugerahan Paritrana Award Tingkat Provinsi NTB Tahun 2025 pada 10 September lalu, terungkap sebanyak 1,2 juta pekerja di NTB belum terlindungi BPJS Ketenagakerjaan. Direktur Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan, Eko Nugriyanto, menyebutkan kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan di NTB baru mencapai 33,25 persen dari total pekerja.

Artinya, masih ada sekitar 1,2 juta pekerja yang belum terlindungi. Dari jumlah itu, sekitar 900 ribu di antaranya adalah pekerja informal yang sangat rentan dan membutuhkan perlindungan.

Sejak Januari hingga Agustus 2025, BPJS Ketenagakerjaan telah menyalurkan manfaat kepada 25.208 pekerja dengan nilai lebih dari Rp352 miliar di NTB. Selain santunan, BPJS Ketenagakerjaan juga memberikan program beasiswa pendidikan kepada 700 anak pekerja dengan total nilai mencapai lebih dari Rp2,8 miliar.

“Menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan bukan hanya soal santunan, tetapi juga menjamin keberlanjutan pendidikan anak-anak peserta agar keluarga tetap bisa melanjutkan hidup dengan baik,” kata Eko.

Wakil Gubernur NTB Indah Dhamayanti Putri menekankan pentingnya perlindungan kepada para pekerja. Dia menekankan juga menekankan pentingnya sinergi pemerintah provinsi, kabupaten/kota, serta pelaku usaha dalam memastikan perlindungan pekerja terus berjalan meski ada keterbatasan anggaran.

“Kita tidak pernah tahu kapan risiko kerja akan datang, tetapi kita bisa memastikan mereka terlindungi. Dengan adanya BPJS Ketenagakerjaan, keluarga tetap mendapatkan manfaat meski risiko terjadi,” katanya.

3. Penduduk setengah pengangguran perlu menjadi atensi Pemda

Ilustrasi pengangguran. Dok. Istimewa/IDN Times

Kepala BPS NTB Wahyudin mengingatkan bahwa penduduk setengah pengangguran di NTB juga perlu menjadi atensi pemerintah daerah (Pemda). Penduduk setengah pengangguran adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu. Mereka cukup rentan menjadi pengangguran terbuka jika terjadi gejolak ekonomi.

Data BPS NTB, penduduk yang setengah pengangguran pada Februari 2025 sebesar 19,64 persen. Artinya, dari 100 penduduk bekerja terdapat sekitar 20 orang yang jam kerjanya di bawah jam kerja normal atau kurang dari 35 jam per minggu, dan masih mencari pekerjaan atau bersedia menerima pekerjaan lain. Dibandingkan Februari 2024, tingkat setengah pengangguran mengalami peningkatan sebesar 4,23 persen.

Berdasarkan jenis kelamin, pada Februari 2025, tingkat setengah pengangguran laki-laki sebesar 16,22 persen, sedangkan tingkat setengah pengangguran perempuan sebesar 24,03 persen. Jika dibandingkan Februari 2024, tingkat setengah pengangguran laki-laki dan perempuan mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,87 persen poin dan 8,54 persen poin.

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Februari 2025, jumlah angkatan kerja di NTB sebanyak 3,19 juta orang. Angkanya naik 160,28 ribu orang dibanding Februari 2024. Sementara Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) naik sebesar 2,53 persen dibanding Februari 2024.

Wahyudin menyebutkan penduduk NTB yang bekerja sebanyak 3,09 juta orang, meningkat sebanyak 157,80 ribu orang dari Februari 2024. Lapangan usaha yang mengalami peningkatan terbesar adalah Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor sebesar 75,92 ribu orang.

Pada Februari 2025 sebanyak 870,88 ribu orang atau 28,20 persen bekerja pada kegiatan formal, naik sebesar 1,49 persen poin dibanding Februari 2024. Sementara, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2025 sebesar 3,22 persen, turun 0,08 persen poin dibandingkan dengan Februari 2024.

Komposisi angkatan kerja di NTB pada Februari 2025 terdiri dari 3,09 juta penduduk bekerja dan 102,63 ribu orang pengangguran. Apabila dibandingkan Februari 2024, jumlah angkatan kerja, jumlah penduduk bekerja, dan pengangguran masing-masing bertambah sebanyak 160,28 ribu orang, 157,80 ribu orang, dan 2,48 ribu orang.

Pada Februari 2025, penduduk yang bekerja di kegiatan informal sebanyak 2,22 juta orang atau 71,80 persen, sedangkan yang bekerja di kegiatan formal sebanyak 870,88 ribu orang atau 28,20 persen. Penduduk yang bekerja di kegiatan formal pada Februari 2025 naik sebesar 1,49 persen jika dibandingkan Februari 2024.

Editorial Team