Presiden mengatakan sejak tujuh tahun lalu memerintahkan konsolidasi dan restrukturisasi BUMN Pariwisata. Sekarang, dengan membentuk Holding BUMN Pariwisata dan Pendukung, pengelolaan pariwisata Indonesia diharapkan efisien dan terintegrasi.
Mulai dari penataan rute penerbangan, konten promosi, event, atraksi, kuliner, akomodasi sampai ke penjualan retail-retail suvenir perajin-perajin.
Holding BUMN Pariwisata menjadi gesit dan lincah serta profesional. Karena kunci ini, membuat tata kelola menjadi lebih efisien dan lebih simpel dan sederhana.
"Dan jangan sampai justru muncul keribetan-keribetan baru, atau memindahkan persoalan-persoalan lama ke bentuk persoalan-persoalan baru," ujarnya mengingatkan.
Karena potensi pariwisata masih terbuka lebar.
"Tadi disampaikan oleh Pak Menteri Erick, perjalanan domestik ini mencapai 330 juta perjalanan, 330 juta. Ini potensi yang besar sekali, jangan diambil oleh negara lain. Masih jauh sekali dengan wisatawan mancanegara yang mencapai hanya 17 juta perjalanan, meskipun ini juga penting," katanya.
Tahun ini, Indonesia menjadi tuan rumah acara-acara yang berskala internasional. Semisal bulan Maret ini ada ajang balapan MotoGP di Sirkuit Mandalika, di bulan November acara dunia G20, event-event besar lainnya.
Karena itu, momentum emas ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mempersiapkan 10 Destinasi Pariwisata Super Prioritas.
Presiden berpesan agar kemajuan sektor pariwisata dapat dirasakan dampaknya oleh masyarakat sekitar. Bisa memperbesar, memperbaiki tata kelola, tetapi juga penanganan lingkungan.
"Dan segera bentuk ekosistem lintas sektor yang melibatkan BUMN, melibatkan swasta, melibatkan masyarakat lokal dan UMKM-UMKM yang ada di daerah," pinta Jokowi.
Masyarakat harus diberikan ruang dan kesempatan untuk menjadi bagian pengembangan sektor pariwisata. Hal ini karena masyarakat menjadi bagian dari kemajuan pariwisata yang ada di Indonesia.