Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Salah satu Tim Medis NTB yang dikirim ke Aceh, dr. Eko Widya Nugroho,
Salah satu Tim Medis NTB yang dikirim ke Aceh, dr. Eko Widya Nugroho, Sp.Em. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Mataram, IDN Times - Puluhan tenaga medis asal Nusa Tenggara Barat (NTB) dikirim ke Aceh Utara, Provinsi Aceh untuk membantu korban banjir dan longsor. Salah satu tim medis yang dikirim adalah dr. Eko Widya Nugroho, Sp.Em.

Dia merupakan salah satu dokter RSUD Provinsi NTB yang telah mengantongi lisensi dari Federation Internationale de Motocyclisme (FIM) sebagai Chief Medical Officer (CMO) MotoGP Mandalika. dr. Eko mengomandoi tim medis yang bertugas pada setiap ajang balap internasional di Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah.

1. Dari lintasan MotoGP ke daerah bencana

Tim Medis NTB yang dikirim membantu korban banjir di Aceh Utara. (IDN Times/Muhammad Nasir)

dr. Eko punya pengalaman mengomandoi tim medis dalam beberapa ajang MotoGP Mandalika. Dari lintasan Sirkuit Mandalika, kini dia dikirim bertugas ke Aceh Utara untuk membantu penanganan korban bencana banjir dan longsor di Provinsi Aceh.

"Memang kita harus berangkat ke daerah bencana. Tim kita sudah teruji di ajang internasional, tim kita kuat dan peralatan juga ada," kata dr. Eko dikonfirmasi disela-sela pelepasan 32 tenaga medis dan Tagana NTB ke Provinsi Aceh, Sabtu (20/12/2025) sore.

2. Tantangan di daerah bencana lebih sulit

Ambulans medis yang disiapkan untuk membantu penanganan korban banjir di Aceh Utara. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Berbekal pengalaman bertugas di ajang balap internasional seperti MotoGP Mandalika, dr. Eko mengatakan tim medis NTB sangat siap untuk membantu korban bencana di Aceh. Apalagi, tim medis NTB punya peralatan yang lengkap.

Dia mengungkapkan bahwa tim medis NTB baru pertama kali terjun ke daerah bencana. Karena selama ini, lebih banyak bertugas di Sirkuit Mandalika saat ada event internasional MotoGP Mandalika.

Dia mengaku bertugas di daerah bencana akan lebih sulit dibandingkan di lintasan sirkuit. Apalagi di wilayah Aceh, banyak jalan yang putus dan berlumpur akibat banjir.

"Kalau bertugas di balapan sudah reguler, tapi kalau daerah bencana mungkin tim ini baru pertama kali," kata dia.

3. Pernah dikirim saat gempa di Vanuatu

Regu penolong dari tim medis Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Semarang (Unnes) diperbantukan di lokasi bencana alam Aceh, Sumatera Barat dan Sumatera Utara. (IDN Times/Dok Humas Unnes)

Namun secara personal, dr. Eko mengatakan bahwa dia pernah dikirim ke Vanuatu untuk membantu penanganan korban gempa pada akhir 2024 lalu. Selain ke luar negeri, dr. Eko juga mengatakan pernah dikirim bertugas ke sejumlah daerah bencana di Indonesia.

Dia mengatakan tim medis NTB harus sering ikut terlibat dalam penanganan korban di daerah bencana. Sehingga tim medis NTB semakin berpengalaman, tidak hanya di lintasan sirkuit tetapi juga di daerah bencana.

"Jelas di daerah bencana lebih sulit. Seperti di Aceh tantangannya jalan putus. Bertugas di daerah bencana lebih kompleks tantangannya dibandingkan bencana Gempa Lombok 2028. Karena akses jalan putus dan berlumpur di sana," terangnya.

BNPB melaporkan update jumlah korban meninggal dunia akibat bencana di wilayah Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat yang kembali bertambah. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan hingga Sabtu (20/12/2025), total korban tewas tercatat mencapai 1.090 jiwa, bertambah 19 orang dibandingkan data sehari sebelumnya.

Operasi pencarian dan evakuasi masih terus dilakukan secara terbatas di sejumlah sektor terdampak. Di Aceh, upaya SAR dioptimalkan di enam kabupaten, sementara di Sumatra Utara difokuskan pada empat sektor dan di Sumatra Barat pada lima sektor, dengan prioritas memastikan tidak ada lagi korban yang tertimbun di kawasan permukiman dan wilayah terdampak.

Editorial Team