15 Tahun di Transito, Pengungsi Ahmadiyah Minta Perhatian Gubernur NTB

Jemaah Ahmadiyah hidup belasan tahun di pengungsian Transito

Mataram, IDN Times - Jemaah Ahmadiyah di Kelurahan Pejanggik Kecamatan Mataram Kota Mataram di Nusa Tenggara Barat (NTB) meminta perhatian pemerintah daerah. Mereka menuntut kejelasan nasibnya selama 15 tahun terakhir mengungsi di Transito Mataram. 

Kelompok Ahmadiyah ini terpaksa mengungsi pasca insiden penyerangan rumah mereka di Seruni Lombok Timur tahun 2002 dan Ketapang Kekait tahun 2006 silam. Secara khusus, jemaah Ahmadiyah ini meminta Gubernur NTB Dr. H Zulkieflimansyah merelokasi mereka ke tempat tinggal baru di luar pengungsian. 

“Kami minta agar bisa hidup layak saja,” kata salah satu pengungsi Jemaah Ahmadiyah, Risa Hamdika Norin (20), Kamis (24/12/2021).

1. Minta jaminan keamanan

15 Tahun di Transito, Pengungsi Ahmadiyah Minta Perhatian Gubernur NTBDua jemaah Ahmadiyah Risa dan Ibah di Transito Kota Mataram IDN Times/Ahmad Viqi

Risa sendiri mengaku selama 15 tahun terakhir menetap dan tinggal di Transito Mataram. Bersama dengan seluruh keluarganya, ia terpaksa mengungsi di Transito sejak berusia 3 tahun. 

Seperti halnya masyarakat lain, Risa pun ingin memiliki kehidupan baru di Lombok Timur dan di Ketapang Desa Kekait Kabupaten Lombok Barat. Bertahun-tahun menetap dan tinggal di Transito, ia belum merasakan kehidupan baru seperti masyarakat pada umumnya. 

“Di sini kan kami tinggal satu lokasi dengan warga Agama Kristen, kami tidak ada apa-apa kok,” katanya. 

Baca Juga: Balikpapan Didesak untuk Terbitkan Perda tentang Pencegahan Narkoba

2. Tidak ada perbedaan

15 Tahun di Transito, Pengungsi Ahmadiyah Minta Perhatian Gubernur NTBSahar Jemaah Ahmadiyah di Mataram IDN Times/Ahmad Viqi

Sama halnya dengan Risa, jemaah Ahmadiyah lainnya Saharudin (44) mengaku telah tinggal di pengungsian Transito Kota Mataram selama kurang lebih 15 tahun. 

Sahar mengatakan, insiden kerusuhan massa membuat dua rumahnya hancur rata dengan tanah. Kerusuhan masyarakat yang terjadi di Ketapang Lombok Barat dan Seruni Lombok Timur. 

Dari 200 meter persegi lahan Sahar di Lombok Timur dan di Ketapang Lombok Barat belum diurus ataupun dijual. Pasalnya kata dia, proses penjualan lahan belum bisa dilakukan karena belum ada kepastian tempat tinggal yang baru. 

“Kami belum tahu iya. Kami hanya menunggu keputusan dari Pemda NTB saja, apakah lahan itu dijual atau tidak. Karena kan ini belum aman,” kata Sahar kepada IDN Times. 

Sahar menambahkan, bahwa ia bersama lima anggota keluarganya ingin hidup normal dan hunian layak di luar pengungsian. Di tempat sekarang ini, mereka tinggal berdesak-desakan di ruangan seluas 4 kali 4 meter dihuni untuk enam anggota keluarga. 

“Ruangan ini juga kita skat-skat kan,” katanya. 

3. Titip pesan ke gubernur

15 Tahun di Transito, Pengungsi Ahmadiyah Minta Perhatian Gubernur NTBKondisi pengungsian Transito Kota Mataram IDN Times/Ahmad Viqi

Sahar menjelaskan bahwa Pemda NTB pernah menawarkan untuk tinggal di luar pengungsian Transito Kota Mataram. Tawaran tempat tinggal dari Pemda NTB itu kata Sahar dinilai masih ada perbedaan dengan keinginan semua jemaah Ahmadiyah pengungsian Transito. 

“Tidak sejalan, keinginan kita aman saja. Sejauh ini masalah itu kita belum pasti. Kita di sini kan jarang didatangi juga oleh pemerintah,” katanya. 

Sahar juga menitip pesan kepada Gubernur NTB. Agar 47 kepala keluarga jemaah Ahmadiyah secepatnya bisa direlokasi ke lokasi lebih layak. 

“Kita minta agar bisa direlokasi semua teman-teman di sini. Karena bagaimana pun kita adalah warga NTB juga, masyarakat Indonesia. Masa hanya berapa gelintir orang saja pemda tidak bisa tanggung,” ujar Sahar. 

4. Gubernur sudah tawarkan solusi pindah

15 Tahun di Transito, Pengungsi Ahmadiyah Minta Perhatian Gubernur NTBAnak anak Jemaah Ahmadiyah di Mataram IDN Times/Ahmad Viqi

Sementara itu, Zulkieflimansyah menjelaskan bahwa dirinya pernah menawarkan seluruh jemaah Ahmadiyah untuk pindah dari pengungsian Transito. 

"Sebenarnya dari dulu sudah kami tawarkan untuk pindah berinteraksi dengan masyarakat," katanya. 

Namun kata Zul, jemaah Ahmadiyah tetap ingin hidup eksklusif bersama teman-temannya.

"Itu yang kita agak kesulitan," jelasnya.  

Meskipun demikian, ia mengaku rutin mengunjungi para pengungsi jemaah Ahmadiyah di Transito Mataram.

"Saya beberapa kali hadir di sana," pungkas Gubernur NTB.

Baca Juga: Dikes: Kesadaran Warga NTB Memilah dan Membuang Sampah Masih Rendah

Topik:

  • Sri Wibisono

Berita Terkini Lainnya