Kunjungan wisatawan mancanegara ke Gili Trawangan Lombok Utara. (IDN Times/Muhammad Nasir)
Menurut Jamaluddin, sektor pariwisata dapat menjadi penggerak ekonomi. Pada tahun ini, sejumlah event nasional dan internasional digelar di NTB. Hal ini, menurutnya dapat menjadi pendorong perekonomian masyarakat di tengah kondisi ekonomi saat ini.
"NTB terbantu dengan adanya berbagai event nasional yang digelar di sini. Kalau ingin perputaran ekonomi, kata kuncinya pariwisata yang benar-benar digaungkan dan industri turunan akan mengikuti. Pariwisata menjadi penggerak utama perekonomian daerah," kata Jamaluddin.
Menurutnya, daya beli masyarakat NTB saat ini jauh lebih baik dibandingkan beberapa tahun lalu. Apalagi NTB secara beruntun terkena bencana, mulai dari gempa bumi 2018 dan pendemik Covid-19. Selain itu, adanya efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah cukup berdampak pada sektor pariwisata dan industri turunannya.
"Tapi saya daya beli masyarakat melihat jauh lebih bagus dibandingkan tahun sebelumnya. Tentu tidak langsung semua masyarakat semua mendapatkan peningkatan ekonomi," tandasnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis ekonomi provinsi NTB pada triwulan II 2025 terhadap triwulan II 2024 tumbuh negatif atau minus sebesar 0,82 persen years on years (y-on-y). Kepala BPS NTB Wahyudin menjelaskan dari sisi produksi, kontraksi terdalam terjadi pada lapangan usaha pertambangan dan penggalia sebesar 29,93 persen.
Sedangkan dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa mengalami kontraksi terdalam sebesar 40,02 persen. Kontraksi pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan II 2025 disebabkan oleh penurunan kinerja pada kategori pertambangan dan penggalian lainnya serta kategori administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib. Sementara itu, 15 kategori lainnya masih mencatatkan pertumbuhan yang positif, dengan peningkatan tertinggi terjadi pada kategori industri pengolahan.
Wahyudin mengatakan ekonomi NTB triwulan II 2025 terhadap triwulan I 2025 mengalami pertumbuhan sebesar 6,56 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha industri pengolahan sebesar 37,69 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 26,62 persen.
Sedangkan ekonomi NTB selama triwulanI sampai dengan triwulan II 2025 terhadap triwulan I sampai dengan triwulan II 2024 mengalami kontraksi sedalam minus 1,11 persen (c-to-c). Dari sisi produksi, kontraksi terdalam terjadi pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian sebesar 30,03 persen. Dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa mengalami kontraksi terdalam sebesar 40,45 persen.
Penurunan nilai tambah pada kategori pertambangan dan penggalian lainnya disebabkan oleh turunnya produksi konsentrat tembaga PT. Amman Mineral Nusa Tenggara (PT AMNT) sebesar 57 persen dibandingkan triwulan II-2024. Kondisi ini merupakan dampak dari dihentikannya ekspor konsentrat tembaga sebagai tindak lanjut penerapan UU No. 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang melarang ekspor mineral mentah.
Di sisi lain, kategori administrasi pemerintah turut mengalami kontraksi yang dipicu oleh penurunan realisasi belanja pegawai dari Rp3,2 triliun pada triwulan II 2024 menjadi Rp2,9 triliun pada triwulan II 2025. Penurunan ini, kata Wahyudin disebabkan oleh pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) yang telah direalisasikan pada triwulan I 2025.
Meskipun demikian, kontraksi ekonomi tertahan oleh pertumbuhan yang tinggi di sejumlah lapangan usaha, khususnya kategori industri pengolahan yang tumbuh signifikan sebesar 66,19 persen (y-on-y) pada triwulan II 2025. Lonjakan ini didorong oleh beroperasinya smelter PT. Amman Mineral Industri (PT. AMIN) di Kabupaten Sumbawa Barat.
Kemudian kategori penyediaan akomodasi dan makan minum mencatatkan pertumbuhan yang tinggi, seiring dengan meningkatnya tamu yang menginap di hotel bintang dan non-bintang sebesar 31 persen (y-on-y). Peningkatan ini dipengaruhi oleh peningkatan kunjungan wisatawan asing.
Kemudian kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan sebagai kontributor terbesar terhadap PDRB NTB, juga menunjukkan pertumbuhan yang positif, antara lain didorong oleh adanya peningkatan produksi padi sebesar 5,86 persen (y-on-y).
Dia menjelaskan dari sisi PDRB menurut pengeluaran, kontraksi pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan II 2025 disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor barang dan jasa, serta komponen pengeluaran konsumsi pemerintah (PKP). Ekspor luar negeri Provinsi NTB triwulan II-2025 turun sebesar 77,73 persen secara y-on-y, karena tidak adanya ekspor komoditas tambang atau konsentrat tembaga.
Begitu juga realisasi belanja pegawai yang bersumber dari APBD Provinsi NTB dan Kabupaten/Kota turun sebesar 7,72 persen secara y-on-y. Meskipun demikian, kontraksi ekonomi tertahan oleh masih tumbuhnya sejumlah komponen pengeluaran antara lain pengeluaran konsumsi rumah tangga (PKRT), pembentukan modal tetap bruto (PMTB), dan konsumsi Lembaga Non-Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT).