Ilustrasi Bansos (Foto: IDN Times)
BPS NTB mencatat kemiskinan turun dari 12,91 persen pada Maret 2024 menjadi 11,78 persen pada Maret 2025, atau berkurang 54,44 ribu jiwa.
Kepala BPS NTB, Wahyudin, menyebut ada tujuh faktor yang mendorong penurunan, di antaranya penyaluran bansos, pertumbuhan sektor pertanian, kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan jagung, hingga peningkatan konsumsi masyarakat.
Produksi padi NTB triwulan I 2025 naik 55,43 persen dibanding tahun sebelumnya, sementara produksi jagung meningkat 43,88 persen. Nilai Tukar Petani (NTP) juga tumbuh 5,63 persen, konsumsi rumah tangga naik 4,18 persen, dan rata-rata upah buruh meningkat menjadi Rp2,37 juta.
Pada Maret 2025, garis kemiskinan di NTB mencapai Rp556.846 per kapita per bulan, naik 3,05 persen dibanding September 2024. Komoditas yang paling berpengaruh terhadap garis kemiskinan adalah beras (26,72 persen di perkotaan dan 31,99 persen di perdesaan), disusul rokok kretek filter, telur ayam, daging ayam, hingga cabai rawit.
Sementara itu, pengeluaran non-makanan terbesar berasal dari biaya perumahan, bensin, dan pendidikan.